SERAYUNEWS – Kasus TBC di Banjarnegara masih menjadi ancaman serius. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Banjarnegara, ada sekitar 10.767 suspect TBC sepanjang 2024.
Dari angka tersebut yang terdeteksi baru 1.676 kasus, angka yang jauh dari target penemuan 13.568 suspect.
Guna menekan penyebaran TBC, DKK Banjarnegara resmi meluncurkan program TBC SIMPATIK (Aksi Meningkatkan Penemuan Kasus TBC dengan Intervensi Kolaboratif) pada Selasa (17/6/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, Latifa Hesti P, menyebutkan penemuan kasus TBC masih jauh dari harapan.
“Angka penemuan kasus TBC di Banjarnegara masih rendah, bahkan mendasar pada data Januari hingga Mei 2025, baru 5.966 suspect TBC ditemukan dari target penemuan 13.543 kasus suspect,” ujarnya.
Dari jumlah tersebut, baru 653 kasus positif TBC yang berhasil ditemukan. Hal ini menjadi tantangan besar dalam upaya memutus mata rantai penularan.
TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Infeksi ini umumnya menyerang paru-paru, tetapi bisa menyebar ke organ lain seperti tulang, ginjal, otak, atau kelenjar getah bening.
“Biasanya penderita mengalami gejala batuk lebih dari dua minggu, demam sore, keringat malam, nafsu makan hilang, dan berat badan menyusut tanpa sebab. TBC bisa sembuh total asal diagnosis sejak dini dan pengobatan teratur. Tapi itu yang paling sulit dalam penanganan ini adalah disiplin minum obat enam bulan tanpa putus,” jelas Latifa.
TBC telah menjadi program nasional. Pemerintah menyediakan pengobatan gratis melalui skema DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) di puskesmas dan fasilitas kesehatan jejaring.
Tenaga kesehatan bertugas mengawasi pasien agar tidak putus pengobatan. Sebab jika pengobatan tidak tuntas, TBC bisa berkembang menjadi MDR-TB, yaitu TBC kebal obat yang jauh lebih sulit sembuh.
Melalui program TBC SIMPATIK, Dinas Kesehatan ingin membangun penanganan yang kolaboratif lintas sektor—tidak hanya di sisi medis, tapi juga menyentuh edukasi, sosial, dan kebijakan publik.
“Melalui TBC SIMPATIK ini, kami ingin melakukan penanganan TBC tidak hanya sekadar pendekatan medis, tapi menyentuh ranah sosial, edukasi, bahkan kebijakan. Masalah TBC sangat kompleks dan membutuhkan gotong royong lintas sektor agar penanganan lebih efektif dan berkelanjutan,” tegasnya.
Program ini juga mendorong pendekatan proaktif, seperti skrining aktif dan layanan pengobatan langsung ke lokasi-lokasi berisiko tinggi penularan TBC seperti:
Dalam peluncuran program SIMPATIK, Bupati Banjarnegara dr. Amalia Desiana menekankan bahwa penanganan TBC tidak bisa dilakukan oleh Dinas Kesehatan saja.
“TBC seperti gunung es, hanya bagian kecil yang terlihat, namun menyimpan sesuatu yang sangat besar di dalamnya. Butuh perhatian dan komitmen bersama seluruh stakeholder selain DKK. Pemkab Banjarnegara sangat konsen terhadap penanganan TBC,” ujarnya.