SERAYUNEWS – Hari Raya Kuningan merupakan salah satu hari besar keagamaan yang sangat bermakna bagi umat Hindu di Bali.
Dirayakan setiap 210 hari sekali menurut kalender Bali, tepatnya pada hari Sabtu Kliwon wuku Kuningan, hari ini menjadi penutup dari rangkaian Hari Raya Galungan.
Perayaan ini tidak hanya penuh dengan nuansa ritual, tetapi juga mengandung pesan spiritual mendalam yang mengajarkan kita tentang introspeksi dan keseimbangan hidup.
Istilah “Kuningan” sendiri berasal dari kata “kuning,” yang melambangkan cahaya, kemurnian, dan kebijaksanaan.
Dalam kepercayaan umat Hindu Bali, Hari Raya Kuningan adalah momen di mana arwah para leluhur yang turun ke bumi selama Galungan akan kembali ke alam suci mereka.
Karena itulah, umat Hindu memberikan penghormatan terakhir melalui sembahyang dan sesajen sebelum para leluhur kembali ke dunia asal.
Menariknya, seluruh rangkaian persembahyangan Kuningan biasanya selesai sebelum tengah hari. Umat Hindu meyakini bahwa setelah pukul 12 siang, para leluhur dan dewata telah kembali ke alam niskala.
Maka, seluruh persiapan dilakukan sejak pagi, dari membuat sesajen khas seperti tamiang dan endongan, hingga menghaturkan canang berwarna kuning yang menjadi simbol persembahan.
Tak hanya upacara sembahyang, Hari Raya Kuningan juga diwarnai dengan beberapa tradisi khas.
Anda akan melihat banyak rumah dan pura dihiasi dengan ornamen-ornamen seperti penjor dan janur kuning yang melambangkan kebahagiaan serta kemakmuran.
Tamiang dan endongan adalah dua simbol unik yang hanya ditemukan saat Kuningan. Tamiang berbentuk bundar menyerupai tameng, melambangkan perlindungan dari kekuatan jahat.
Sementara endongan berisi bekal makanan yang dipercaya sebagai pemberian bagi para leluhur.
Tradisi lain yang tak kalah menarik adalah kegiatan “ngejot” atau berbagi makanan dengan tetangga dan kerabat, sebagai bentuk menjaga keharmonisan dan tali persaudaraan.
Arak-arakan umat menuju pura untuk sembahyang bersama pun menjadi pemandangan yang akrab di berbagai desa di Bali saat hari ini tiba.
Bagi Anda yang ingin ikut merayakan atau mengirimkan ucapan Hari Raya Kuningan kepada teman atau keluarga di Bali, berikut 21 ucapan khas dalam bahasa Bali yang bisa dijadikan inspirasi:
1. Rahajeng rahina Kuningan, mugi rahayu ring semeton sareng sami.
2. Rahajeng nyanggra rahina Kuningan, mugi rahajeng lan tentrem.
3. Mugi Ida Sang Hyang Widhi Wasa paring kerahayuan ring jagat.
4. Rahajeng Kuningan, mugi rahina puniki nglaksanayang kasucian.
5. Dumogi rahina suci Kuningan nglaksanayang kedamaian ring manah.
6. Rahajeng rahina Kuningan, mugi kasucian dados panglimbak manah.
7. Mugi Kuningan dados warsa kerahayuan lan kerthajagat.
8. Rahajeng Kuningan, mugi angga sami prasida nglaksanayang ajaran dharma.
9. Rahajeng rahina Kuningan, mugi Ida nglaksanayang asung nugraha.
10. Mugi rahina Kuningan dados panglimbak rasa syukur ring Ida Sang Hyang Widhi.
11. Dumogi angga sami mapikayun kasucian ring rahina suci puniki.
12. Rahajeng rahina Kuningan, mugi kasucian lan kerahayuan nglaksanayang.
13. Mugi tamiang dados pangayoman ring hidup sareng sami.
14. Rahajeng Kuningan, mugi pikayun ring jagat prasida rahayu.
15. Rahajeng nyanggra rahina suci Kuningan, mugi ring Ida sang Hyang Widhi Wasa asung nugraha.
16. Mugi rahina puniki nglaksanayang panglimbak dharma ring buana alit.
17. Rahajeng rahina suci Kuningan, mugi nglaksanayang panglimbak rasa bhakti.
18. Mugi Kuningan puniki nglaksanayang kapertamian ring keluarga.
19. Rahajeng nyanggra rahina suci, mugi asung waranugraha ring semeton.
20. Rahajeng rahina Kuningan, mugi sang askara mapayuang kasucian.
21. Mugi Ida Sang Hyang Widhi Wasa ngemargiang kerahayuan ring manusa lan alam.
Hari Raya Kuningan bukan sekadar momentum seremonial. Ia menjadi pengingat bahwa manusia hidup tak hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga spiritual.
Tradisi ini mengajak Anda untuk merenung, bersyukur, dan menyelaraskan diri dengan semesta serta leluhur. Di era serba cepat seperti sekarang, perayaan seperti Kuningan dapat menjadi jeda yang bermakna.
Saatnya Anda kembali pada nilai-nilai keseimbangan, ketulusan, dan rasa hormat pada kehidupan—baik yang terlihat maupun yang tak kasat mata.***