SERAYUNEWS – Kabupaten Banyumas memiliki total 27 kecamatan yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri.
Di antara 27 kecamatan tersebut, terdapat empat kecamatan yang terbilang cukup unik karena menempati posisi ekstrem dalam hal jumlah penduduk dan tingkat kepadatan.
Informasi ini menarik perhatian publik, terutama warga Banyumas yang penasaran dengan profil demografi wilayahnya.
Perbedaan ekstrem dalam jumlah dan kepadatan penduduk membawa dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.
Wilayah dengan jumlah penduduk tinggi berpotensi mengalami kepadatan lalu lintas, kenaikan harga tanah, dan kebutuhan layanan publik yang lebih besar.
Sebaliknya, wilayah dengan jumlah penduduk rendah berisiko mengalami keterbatasan akses terhadap layanan dasar, minimnya kegiatan ekonomi, dan potensi migrasi keluar.
Strategi pembangunan yang inklusif dan berbasis data sangat dibutuhkan untuk mengatasi ketimpangan ini.
Pemerintah daerah perlu mendorong pemerataan pembangunan agar wilayah yang kurang padat pun dapat berkembang secara berkelanjutan tanpa kehilangan karakteristik lokalnya.
Kecamatan Cilongok mencatatkan diri sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Banyumas.
Dengan total 128.614 jiwa, Cilongok bukan hanya padat, tetapi juga menjadi pusat dinamika sosial yang tinggi.
Banyaknya penduduk ini berbanding lurus dengan aktivitas ekonomi dan layanan publik yang lebih kompleks dibandingkan kecamatan lain.
Sebaliknya, Kecamatan Purwojati menempati posisi sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit, yakni 38.846 jiwa.
Dengan populasi yang lebih rendah, wilayah ini cenderung lebih tenang dan memiliki tekanan sosial yang lebih ringan.
Namun, ini bisa jadi menghadapi tantangan dalam pengembangan infrastruktur dan pelayanan publik yang merata.
Jika dari tingkat kepadatan penduduk, Kecamatan Purwokerto Barat menjadi yang tertinggi.
Dengan 7.468 jiwa per kilometer persegi, wilayah ini sangat padat dan menjadi indikator kuat bahwa kawasan tersebut adalah pusat kegiatan urban.
Kepadatan ini berdampak langsung pada kebutuhan perumahan, transportasi, dan ruang terbuka hijau yang semakin mendesak.
Di sisi lain, Kecamatan Lumbir menjadi yang paling rendah dalam hal kepadatan penduduk, yaitu hanya 477 jiwa per kilometer persegi.
Angka ini menandakan bahwa wilayah tersebut memiliki bentang lahan yang luas dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit.
Lumbir bisa jadi memiliki potensi besar untuk pengembangan agrikultur atau pariwisata berbasis alam karena kelonggaran ruang yang tersedia.
Informasi demografis juga membuka peluang investasi, terutama di sektor properti, pendidikan, dan jasa.
Daerah dengan kepadatan tinggi seperti Purwokerto Barat bisa menjadi sasaran pembangunan hunian vertikal atau pusat perbelanjaan.
Sementara itu, kecamatan seperti Lumbir dan Purwojati bisa diarahkan sebagai kawasan agroindustri, ekowisata, atau pusat pendidikan berbasis komunitas.
Perencanaan wilayah yang terintegrasi dan berorientasi jangka panjang sangat dibutuhkan untuk menghindari ketimpangan yang semakin melebar.
Ini saat yang tepat bagi Banyumas untuk menyusun kebijakan berbasis potensi lokal setiap kecamatan.***