SERAYUNEWS – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas akses layanan kesehatan gratis, khususnya di wilayah pedesaan. Hingga pertengahan Juli 2025, lebih dari 4,6 juta warga Jateng telah memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), termasuk layanan dokter spesialis keliling atau Speling.
Program ini digagas langsung oleh Gubernur Jateng, Ahmad Luthfi, sebagai bagian dari upaya menghadirkan layanan kesehatan yang lebih dekat dan merata. Dalam kunjungannya ke Desa Karanggedong, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung (15/7), Luthfi menegaskan bahwa layanan kesehatan berbasis desa akan terus diperluas.
“Sudah 4,6 juta masyarakat desa terlayani. Ini akan terus kita lakukan,” kata Luthfi saat meninjau langsung pelaksanaan program Speling.
Speling sendiri menjadi program unggulan karena menghadirkan dokter spesialis langsung ke desa-desa, tanpa biaya. Layanan ini juga sejalan dengan arah kebijakan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya pelayanan kesehatan berbasis komunitas.
Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Tengah, hingga 10 Juli 2025, program Speling sudah menjangkau 253 desa dengan total 25.164 jiwa sebagai penerima manfaat.
Berikut jenis skrining kesehatan yang dilakukan dalam program ini:
Luthfi juga sempat menyapa langsung masyarakat yang sedang mengikuti pemeriksaan. Suasana hangat dan akrab terlihat saat ia berdialog santai dengan warga, bahkan sesekali diselingi canda tawa.
Tak Hanya Kesehatan, Bantuan Ekonomi dan Infrastruktur Turut Digelontorkan
Kunjungan ke Temanggung juga dimanfaatkan untuk menyalurkan berbagai bantuan, mulai dari sektor ekonomi, pangan, hingga infrastruktur. Di antaranya:
“Kita juga berikan bantuan untuk KUBE, seni, cadangan pangan, dan penguatan dana desa,” ujar Luthfi.
Upaya pemerataan layanan dasar seperti kesehatan dan ekonomi terus dikebut oleh Pemprov Jateng. Program seperti Speling tidak hanya menyentuh kota, tetapi juga menyasar pelosok desa agar tak ada masyarakat yang tertinggal dalam hal pelayanan kesehatan.
Langkah ini menjadi bukti bahwa pendekatan proaktif dan jemput bola bisa menjadi solusi nyata dalam membangun daerah secara inklusif dan berkelanjutan.