SERAYUNEWS – Film baru yang akan dibintangi Reza Rahardian, Gowok: Kamasutra Jawa kini mulai ramai menjadi omongan di berbagai platform media sosial (medsos).
Adapun film drama ini rencananya akan tayang di bioskop Indonesia pada 5 Juni 2025 mendatang
Film ini digarap oleh Raam Punjabi, MVP Pictures dan disutradarai oleh Hanung Bramantyo.
Meski belum dirilis secara resmi di tanah air, Gowok lebih dulu unjuk gigi di panggung internasional, tepatnya di ajang International Film Festival Rotterdam (IFFR) ke-54.
Dalam festival film yang berlangsung pada Februari 2025 itu, Gowok masuk dalam kategori Big Screen Competition dimana ini bakal menandai pencapaian penting bagi perfilman Indonesia.
Namun, di balik euforia atas film tersebut, muncul satu pertanyaan yang membuat banyak warganet penasaran yaitu “Apa sebenarnya arti kata Gowok?”
Dalam tradisi masyarakat Jawa, istilah Gowok mengacu pada sosok perempuan yang memiliki peran khusus dalam mendidik seorang laki-laki sebelum ia memasuki jenjang pernikahan.
Lebih dari sekadar pelatih atau penasihat, gowok memiliki tanggung jawab untuk membimbing calon pengantin pria agar memahami kehidupan rumah tangga, termasuk dalam hal relasi suami-istri.
Gowok bukan sekadar karakter rekaan, melainkan benar-benar eksis sebagai bagian dari budaya tradisional Jawa.
Melansir dari berbagai sumber, biasanya, wanita yang berperan sebagai gowok berusia antara 23 hingga 30 tahun dan memiliki pengetahuan serta pengalaman yang cukup luas tentang pernikahan.
Dalam konteks budaya masa lalu, mereka sering kali berasal dari kalangan ronggeng atau penari tradisional.
Selain itu, muncul pula istilah gowokan yang merujuk pada proses atau hubungan interaktif antara perempuan gowok dengan pria muda yang menjadi “muridnya”.
Relasi ini memiliki tujuan yang jelas, yaitu mempersiapkan si pria agar matang serta siap menjalani kehidupan berumah tangga secara utuh.
Catatan sejarah menyebut bahwa istilah gowok diperkirakan telah ada sejak abad ke-15 Masehi.
Bahkan, dalam beberapa kisah, nama “Gowok” diyakini berasal dari tokoh perempuan bernama Goo Wok Niang.
Ia disebut-sebut datang ke tanah Jawa bersama rombongan Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho.
Kehadirannya dan warisan budaya yang ia bawa kemudian berkembang menjadi tradisi lokal yang kita kenal hari ini sebagai tradisi gowok.
Film Gowok menjadi representasi sinema yang juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk mengenal kembali nilai-nilai budaya lokal.
Meskipun film ini mengangkat tema yang cukup sensitif, namun penyajiannya dibalut dengan pendekatan sejarah dan nilai kearifan lokal yang membuatnya terasa relevan.
Kemudian, partisipasi film ini di panggung internasional tergolong sebagai bukti bahwa cerita-cerita dari Indonesia, khususnya yang bersumber dari akar budaya tradisional, memiliki daya tarik yang tersendiri di mata dunia.
Dengan begitu, tak sedikit yang kemudian berharap bahwa film yang satu ini mampu bersaing secara global tanpa harus meninggalkan identitas budayanya sendiri.
Jadi kesimpulannya, gowok artinya seorang perempuan yang bertugas membimbing laki-laki sebelum menikah.
Peran ini lahir dari konteks budaya Jawa kuno yang mencerminkan cara masyarakat masa lalu mempersiapkan generasi muda menuju kehidupan dewasanya.
Akan tetapi, gowok saat ini tergolong satu tradisi kuno yang kemungkinan sudah punah.***