SERAYUNEWS – Apa arti Rojali, fenomena unik yang sering ditemukan di pusat perbelanjaan. Fenomena unik yang dikenal dengan sebutan Rojali tengah ramai dibicarakan di berbagai platform media sosial, mulai dari TikTok hingga X (sebelumnya Twitter).
Istilah ini kembali mencuat seiring banyaknya konten yang menunjukkan aktivitas sekelompok orang yang datang ke mal, pameran, bazar kuliner, atau kafe hanya untuk melihat-lihat tanpa niat berbelanja.
Fenomena ini paling sering ditemukan di acara bazar makanan, pameran, atau coffee shop. Dalam beberapa kasus, hanya satu atau dua orang dari kelompok tersebut yang benar-benar membeli produk, sementara sisanya sekadar ikut nongkrong, memanfaatkan WiFi gratis, berfoto-foto, mengambil brosur, atau mencicipi sampel makanan, lalu pergi tanpa meninggalkan keuntungan apa pun bagi pelaku usaha.
Rojali sendiri merupakan singkatan dari rombongan jarang beli. Istilah ini digunakan secara jenaka, namun tak jarang pula dengan nada menyindir, untuk menggambarkan sekelompok orang yang datang beramai-ramai ke sebuah tempat komersial hanya untuk window shopping alias cuci mata.
Mereka kerap terlihat seperti calon pembeli serius, bahkan ikut antre atau menduduki tempat duduk, tapi nyatanya tak melakukan transaksi sama sekali.
Fenomena Rojali mulai menjadi perhatian karena dianggap bisa berdampak pada pendapatan pelaku usaha, terutama saat kondisi ekonomi sedang tidak stabil. Namun, apakah benar kehadiran kelompok Rojali ini bisa menyebabkan kerugian bagi pusat perbelanjaan?
Menanggapi hal ini, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), Alphonzus Widjaja, menjelaskan bahwa kehadiran Rojali memang tidak bisa dihindari dan kerap terjadi, terutama saat kondisi daya beli masyarakat sedang melemah.
Namun, menurutnya, fenomena ini belum memberikan dampak besar secara nasional terhadap performa pusat belanja.
Ia menambahkan bahwa pusat-pusat perbelanjaan di luar Pulau Jawa sejauh ini masih menunjukkan performa yang cukup baik. Secara keseluruhan, performa ritel dan pusat belanja di Indonesia masih tergolong stabil meski ada gejolak dalam perilaku konsumen.
Namun demikian, Alphonzus memberi peringatan bahwa jika tren melemahnya daya beli masyarakat terus berlanjut dalam jangka panjang, dampaknya bisa meluas ke berbagai sektor, tidak hanya ritel. Sektor manufaktur, jasa, hingga keuangan juga berpotensi terdampak.
Sebagai langkah antisipatif, pengelola pusat perbelanjaan mulai menyiapkan berbagai strategi untuk meningkatkan kunjungan dan transaksi. Salah satunya adalah menggelar program promosi belanja menyambut momen libur akhir tahun, seperti Natal dan Tahun Baru.
Alphonzus menyebutkan bahwa promosi ini tak hanya ditujukan untuk menarik lebih banyak pengunjung, tetapi juga untuk memperpendek masa low season yang tahun ini berlangsung lebih panjang karena bulan Ramadan dan Idul Fitri datang lebih awal.
Ia tetap optimistis bahwa fenomena Rojali ini bersifat sementara. Seiring dengan membaiknya daya beli masyarakat, tren tersebut diperkirakan akan mereda dengan sendirinya.
Dengan demikian, meski kehadiran Rojali bisa memunculkan tantangan tersendiri bagi pelaku usaha, fenomena ini tidak serta merta menjadi ancaman besar selama pengelola pusat belanja mampu beradaptasi dengan kondisi pasar dan menyusun strategi promosi yang efektif.
Nah itu dia arti dari rojali yang sedang viral saat ini. Semoga menjawab rasa penasaranmu.***