Ilustrasi terkait artikel tentang kambing. (Freepik)
SERAYUNEWS – Kabupaten Banyumas terus menunjukkan geliat positif dalam sektor pertanian dan peternakan. Berdasarkan data terbaru dari Data dan Informasi Kabupaten Banyumas 2025, Kecamatan Gumelar menempati posisi teratas sebagai penyedia susu kambing terbanyak di daerah tersebut pada tahun 2024.
Di sisi lain, sektor Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) mendominasi dunia industri Banyumas, menegaskan pentingnya potensi lokal dalam menopang roda ekonomi daerah.
Produksi Susu Kambing
Susu kambing semakin diminati masyarakat karena manfaat kesehatannya yang melimpah dan kemampuannya menjadi alternatif bagi orang-orang yang tidak bisa mengonsumsi susu sapi.
Kecamatan Gumelar berhasil mencatatkan produksi susu kambing tertinggi di Banyumas, yakni sebesar 78.111,89 liter pada tahun 2024. Jumlah tersebut jauh mengungguli kecamatan lainnya.
Kecamatan Lumbir menempati posisi kedua dengan 67.018,59 liter, disusul oleh Kecamatan Baturraden (30.527,44 liter), Sumbang (9.460,74 liter), dan Purwokerto Utara (375,34 liter).
Melonjaknya produksi di Gumelar
mengindikasikan tingginya konsentrasi peternak kambing perah dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap peluang usaha berbasis ternak lokal.
Selain itu, harga susu kambing yang umumnya lebih tinggi dibandingkan susu sapi memberikan keuntungan ekonomi yang menarik bagi peternak.
IHPK Jadi Tulang Punggung Industri Banyumas
Data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas tahun 2025 menunjukkan bahwa Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) merupakan sektor industri terbesar di wilayah ini.
Terdapat 38.122 unit usaha IHPK yang menyerap tenaga kerja hingga 98.178 orang. Angka ini jauh meninggalkan sektor industri lainnya.
Industri Kimia Anorganik (IKA) hanya mencatat 3.016 unit usaha dengan 7.916 tenaga kerja, sementara Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (ILME) hanya berjumlah 2.764 unit dengan 1.637 tenaga kerja.
Gap yang sangat besar ini menunjukkan bahwa Banyumas sangat bergantung pada sumber daya alam dan produk-produk hasil pertanian serta kehutanan dalam menggerakkan roda ekonominya.
Produk-produk seperti hasil panen, olahan kayu, bahan herbal, dan termasuk susu kambing kemungkinan besar menjadi bagian dari aktivitas industri IHPK tersebut.
Ini menjadi bukti nyata bahwa potensi lokal masih menjadi kekuatan utama dalam ekonomi Banyumas.
Tantangan Ketergantungan dan Urgensi Diversifikasi
Dominasi sektor IHPK yang sangat besar memang menunjukkan kekuatan potensi lokal, namun di sisi lain juga mengisyaratkan ketergantungan ekonomi yang tinggi pada satu sektor.
Jika terjadi guncangan pada sektor pertanian atau kehutanan, seperti gagal panen, cuaca ekstrem, atau perubahan kebijakan, maka dampaknya bisa langsung dirasakan secara luas oleh masyarakat Banyumas. Diversifikasi sektor industri menjadi hal yang penting dan mendesak.
Penguatan sektor-sektor lain seperti industri kreatif, teknologi, pengolahan makanan modern, atau pariwisata bisa menjadi jalan keluar agar Banyumas memiliki fondasi ekonomi yang lebih kokoh dan tahan terhadap perubahan.
Pemerintah daerah diharapkan dapat memberikan insentif serta pelatihan kepada pelaku usaha untuk mengembangkan unit industri yang lebih beragam.
Selain itu, kolaborasi dengan institusi pendidikan, investor, dan pelaku UMKM akan mempercepat proses transformasi ekonomi menuju arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.