SERAYUNEWS-Sejumlah rumah di Desa Sembawa, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara mengalami kerusakan. Bahkan, belasan rumah mengalami retak hingga miring. Kondisi ini terus terjadi seiring dengan pegerakan tanah di wilayah tersebut.
Pergerakan tanah yang terjadi di Desa Sembawa sebenarnya sudah terjadi sejak empat tahun terakhir. Namun, kondisi ini semakin parah. Bahkan, akibat pergerakan tanah tersebut, menyebabkan sedikitnya 14 rumah warga mengalami kerusakan.
Dari pantauan di lapangan, sejumlah rumah mengalami rekat, baik pada bagian dinding maupun lantai. Bahkan, tetakan bangunan tersebut cukup lebar hingga lebih dari 10 sentimeter. Tak hanya itu, beberapa rumah bahkan sudah amblas dan miring, sehingga membahayakan penghuninya.
Timah (70) warga Desa Sembawa yang rumahnya sudah terlihat miring mengaku sangat takut. Terlebih, saat hujan dengan intensitas tinggi terjadi di malam hari. Meski begitu, dirinya belum mengungsi dan masih bertahan tinggal di rumah miliknya.
Bahkan, dirinya mengaku takut dan tidak berani ke bagian belakang rumahnya saat hujan turun. Bukan tanpa alasan, kondisi bagian rumah miliknya memang sudah miring dan terdapat beberapa rekahan pada lantai dan dinding.
“Kalau hujan yang di depan saja, ngga berani kebelakang, karena bagian belakang rumah sudah amblas dan retak,” katanya.
Menurutnya, pergerakan tanah ini sebenarnya sudah dirasakan warga sejak empat tahun lalu. Namun, dalam dua hari ini pergerakan tanah kembali dirasakan warga, untuk itu warga mengharapkan adanya penanganan dari pemerintah, mengingat saat ini masih sering terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
“Kalau amblas sudah lama, tetapi hingga saat ini belum ada penanganan, dan kondisinya saat ini semakin parah,” katanya.
Melihat hal tersebut, dia bersama warga lainnya mengharapkan ada penanganan yang tepat. Sehingga, warga tidak mengalami ketakutan saat hujan turun.
“Sudah retak semua, bahkan kondisi bangunan rumah sudah miring. Retakan pada bangunan terlihat di bagian depan, bahkan hampir seluruh bagian rumah saya rusak,” kata Tarbini (80) warga lainnya.
Kepala Desa Sembawa Aditya Yoga mengatakan, dari pergerakan tanah ini, sedikitnya ada 17 rumah yang mengalami kerusakan. Bahkan, sudah ada 3 rumah yang terpaksa harus direlokasi. Sehingga saat ini masih menyisakan 14 rumah yang terdampak dari pergerakan tanah tersebut.
“Tiga sudah relokasi, kami menyediakan tempatnya saja dengan menggunakan tanah milik desa, namun saat ini masih ada 14 rumah yang belum direlokasi,” katanya.
Menurutnya, dari 14 rumah yang ada saat ini, dua rumah di antaranya rusak berat, dimana kondisi dinding bangunan rekat dan lantai amblas, ak hanya itu bangunan rumah tersebut juga sudah miring dan dinilai membahayakan penghuninya.
“Ada 2 rumah sebenarnya yang rusak berat. Kondisinya sudah miring bangunannya. Dari data terakhir ada 5 jiwa yang tinggal di 2 rumah itu,” katanya.
Melihat kondisi ini, sebenarnya pemerintah desa sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait, termasuk melakukan pembuatan drainase untuk mencegah terjadinya pergerakan tanah yang semakin parah.
“Untuk koordinasi sudah kami lakukan, termasuk denagn dinas terkait, termasuk pengajuan proposal untuk meminta bantuan. Desa sendiri sudah membuat drainase untuk mengurangi debit air sebagai satu upaya mengurangi pergerakan tanah,” katanya.
Tak hanya itu, pengajuan pada pemerintah kabupaten agar dilanjutkan pada Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak juga sudah dilakukan. Mengingat pergerakan tanah ini terjadi karena adanya erosi dari sungai yang berada tidak jauh dari pemukiman warga.
“Penanganan yang dilakukan selama ini memang masih mengalami kendala, khususnya terkait kewenangan, karena sungai itu masuk Serayu Opak. Jadi saya harap bisa dibantu dari kabupaten,” katanya.