SERAYUNEWS – Industri kosmetik di Indonesia semakin berkembang pesat. Dari skincare lokal hingga produk kecantikan berbahan alami, sektor ini menjadi ladang subur bagi para ahli kimia dan peneliti produk.
Namun, tak sedikit yang bertanya-tanya, berapa sebenarnya gaji seorang peneliti kosmetik di Indonesia?
Pasalnya, belakangan ini, salah satu brand lokal di Indonesia ramai dibicarakan warganet. Lantaran, mereka membuka lowongan kerja untuk formulator personal care dengan gaji Rp1 juta.
Baru-baru ini, sebuah brand lokal menjadi sorotan warganet karena menawarkan gaji satu juta rupiah untuk posisi formulator personal care dengan pengalaman kerja tiga sampai lima tahun.
Informasi ini pertama kali muncul di platform pencari kerja Glints dan langsung menjadi bahan perbincangan hangat di media sosial. Seorang pengguna X (dulu Twitter) mengungkapkan keheranannya.
“Azarine gile lu ya, formulator, full time, pengalaman 3-5 taun gaji 1 juta?????????????????? udeh bener jadi gitasav kerja di Jerman, gini banget jadi scientist,” tulisnya.
Cuitan ini memantik banyak komentar dari kalangan profesional yang menyebut angka tersebut sangat tidak masuk akal. Ada pula warganet lain yang mencoba menjelaskan kemungkinan kesalahan teknis.
“Sependek sepengetahuanku yang pernah manage loker di Glints, kalau Glints-nya non premium, kita nggak bisa nyembunyiin fitur gaji. Jadi kalau mereka nggak masukin nominal gaji, sistem Glints otomatis masukin angka minimum, yaitu 1 juta,” cuit warganet yang lain.
Meski bisa jadi kesalahan input atau default sistem, isu ini tetap memunculkan diskusi serius soal apresiasi terhadap tenaga ahli di industri kecantikan lokal.
Secara umum, gaji seorang peneliti di bidang kosmetik bisa berkisar antara Rp5 juta hingga Rp15 juta rupiah per bulan.
Angka ini bergantung pada beberapa faktor, mulai dari tingkat pendidikan, pengalaman kerja, keahlian khusus, hingga lokasi perusahaan tempat mereka bekerja.
Bahkan, untuk posisi senior di perusahaan besar atau multinasional, gaji bisa tembus lebih dari dua puluh juta rupiah. Namun, tak semua posisi dihargai setimpal.
Seperti halnya sektor profesional lainnya, gaji peneliti kosmetik dipengaruhi oleh banyak hal.
Pendidikan merupakan faktor dasar. Mayoritas peneliti di bidang ini memiliki latar belakang sarjana atau pascasarjana di bidang kimia, farmasi, atau ilmu kosmetik.
Tak sedikit juga yang berasal dari jurusan biologi atau teknologi pangan. Pengalaman kerja juga sangat menentukan.
Seorang fresh graduate biasanya memulai karier sebagai asisten peneliti atau staff junior dengan gaji mulai dari lima juta rupiah per bulan.
Namun, setelah lima hingga sepuluh tahun berkecimpung di dunia R&D, gaji bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat.
Lokasi kerja juga berpengaruh. Di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Surabaya, upah cenderung lebih tinggi karena tingginya biaya hidup dan skala perusahaan yang lebih besar.
Sementara di kota kecil atau perusahaan yang baru berkembang, angka gaji bisa lebih rendah. Selain itu, jenis pekerjaan dalam lingkup penelitian kosmetik juga sangat beragam.
Ada yang fokus pada formulasi, pengembangan produk, uji stabilitas, hingga quality control. Posisi-posisi ini memiliki tanggung jawab dan keahlian yang berbeda, yang tentunya memengaruhi besaran gaji.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa gaji ilmuwan kosmetik di Indonesia rata-rata berada di kisaran enam hingga sembilan juta rupiah per bulan.
Untuk posisi seperti R&D Specialist di perusahaan farmasi milik negara, gaji bisa mencapai sepuluh juta per bulan.
Sementara itu, posisi manajerial di perusahaan besar seperti Kimia Farma bisa menawarkan gaji hingga dua puluh juta rupiah per bulan. Beberapa posisi yang umum di industri ini antara lain adalah:
Setiap posisi memiliki jalur karier dan jenjang gaji masing-masing. Oleh karena itu, penting bagi para profesional di bidang ini untuk terus meningkatkan kompetensi dan memperluas pengalaman agar bisa naik level dalam karier.
Penutup
Kasus lowongan dengan gaji satu juta rupiah untuk formulator berpengalaman menjadi alarm bagi industri.
Di tengah maraknya brand lokal yang tumbuh subur dan meraup keuntungan besar, sangat penting bagi perusahaan untuk memberikan apresiasi yang layak bagi para tenaga profesional di balik produk mereka.
Transparansi gaji dan peningkatan standar industri menjadi hal yang mendesak, terutama di tengah naiknya minat masyarakat terhadap produk lokal yang berkualitas.
Bila tenaga ahli tidak dihargai secara layak, bukan tak mungkin akan terjadi brain drain — di mana para profesional memilih bekerja di luar negeri karena kompensasi yang lebih baik.
Industri kosmetik Indonesia sejatinya memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh.
Namun, hal itu hanya bisa tercapai bila para pelaku usaha dan profesional saling membangun ekosistem yang sehat dan saling menguntungkan.***