
SERAYUNEWS- Memasuki periode cuaca ekstrem akhir tahun, dinamika atmosfer di sekitar Indonesia kembali menunjukkan aktivitas signifikan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat kemunculan Siklon Tropis Bakung serta beberapa bibit siklon lain di Samudra Hindia dan Laut Arafura.
Kondisi ini memicu potensi hujan lebat, angin kencang, hingga gelombang tinggi di sejumlah wilayah Tanah Air.
Melalui laman resminya, BMKG menyampaikan kepada publik agar masyarakat dapat memahami kondisi alam secara lebih baik. Perubahan cuaca dan dinamika iklim yang semakin kompleks menuntut masyarakat untuk selalu waspada dan adaptif.
Berikut gambaran yang jelas mengenai kondisi terkini berdasarkan pemantauan BMKG, termasuk potensi dampak yang dapat ditimbulkan serta langkah antisipasi yang perlu dilakukan:
BMKG mengonfirmasi bahwa Bibit Siklon Tropis 91S telah berkembang menjadi Siklon Tropis Bakung sejak pertengahan Desember 2025.
Sistem ini terpantau berada di Samudra Hindia barat daya Lampung dengan tekanan udara rendah dan kecepatan angin signifikan.
Meski bergerak menjauhi Indonesia, energi yang dihasilkan siklon tetap berdampak pada pola cuaca regional.
Dalam pemantauan terkini, Siklon Bakung menunjukkan fluktuasi intensitas dengan potensi melemah dalam 24 jam ke depan.
Namun, karakteristik siklon tropis yang dinamis membuat dampak tidak langsungnya tetap perlu diantisipasi, terutama di wilayah pesisir barat Sumatra dan selatan Jawa.
BMKG menegaskan bahwa pergerakan menjauh bukan berarti ancaman berakhir. Justru, gangguan atmosfer dari siklon ini dapat memicu hujan intensitas tinggi dan angin kencang dalam periode singkat.
Walaupun pusat siklon berada jauh dari daratan Indonesia, pengaruhnya tetap terasa luas. BMKG memprakirakan hujan sedang hingga lebat berpotensi terjadi di sejumlah wilayah seperti Bengkulu, Lampung, Banten, hingga sebagian Jawa Barat.
Selain hujan, kecepatan angin permukaan juga diprediksi meningkat, terutama di wilayah pesisir. Kondisi ini berisiko menimbulkan pohon tumbang, gangguan jaringan listrik, serta hambatan aktivitas transportasi darat dan laut.
BMKG menilai pola angin dan tekanan udara akibat Siklon Bakung dapat bertahan selama beberapa hari. Oleh sebab itu, kewaspadaan berkelanjutan menjadi kunci utama dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem ini.
Salah satu dampak paling signifikan dari Siklon Tropis Bakung adalah peningkatan tinggi gelombang laut. Gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter berpotensi terjadi di Samudra Hindia barat Sumatra, selatan Banten, Jawa Barat, hingga Selat Sunda bagian selatan.
BMKG mengingatkan nelayan, pelaku pelayaran, serta operator transportasi laut untuk menyesuaikan aktivitas operasional. Kondisi gelombang tinggi dapat meningkatkan risiko kecelakaan laut, terutama bagi kapal kecil dan perahu nelayan tradisional.
Masyarakat pesisir juga diminta menjauhi area pantai sementara waktu, terutama saat angin kencang dan gelombang tinggi terjadi bersamaan.
Selain Siklon Bakung, BMKG juga memonitor Bibit Siklon Tropis 93S di selatan Jawa Timur dan Bibit Siklon 95S di wilayah Laut Arafura selatan Maluku. Kedua sistem ini saat ini memiliki peluang rendah berkembang menjadi siklon tropis, namun tetap berpotensi memicu cuaca ekstrem lokal.
Bibit Siklon 93S diperkirakan memengaruhi wilayah Jawa Timur, Bali, hingga Nusa Tenggara Barat dengan potensi hujan lebat dan angin kencang. Sementara itu, Bibit Siklon 95S berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah Maluku dan Papua Selatan.
BMKG menegaskan bahwa meskipun peluang pembentukan siklon rendah, dampak atmosfer yang ditimbulkan tetap harus diwaspadai, terutama di daerah rawan banjir dan longsor.
BMKG merilis sejumlah wilayah yang perlu meningkatkan kesiapsiagaan akibat kombinasi siklon tropis, bibit siklon, dan dinamika atmosfer lainnya.
Wilayah tersebut meliputi Aceh, Sumatra Utara, Riau, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Barat, Maluku, hingga Papua Selatan.
Kondisi atmosfer ini berpotensi memicu hujan lebat hingga sangat lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. Risiko banjir, banjir bandang, dan tanah longsor juga meningkat di wilayah dengan topografi curam dan sistem drainase buruk.
BMKG mengimbau masyarakat untuk rutin memantau informasi cuaca resmi dan tidak mudah terpengaruh informasi yang tidak terverifikasi.
BMKG menegaskan pentingnya penerapan prinsip early warning menjadi early action guna meminimalkan risiko korban akibat cuaca ekstrem. Masyarakat diharapkan tetap tenang, waspada, dan saling mengingatkan satu sama lain.
Dengan kesiapsiagaan bersama, dampak cuaca ekstrem akibat Siklon Tropis Bakung dan bibit siklon lainnya dapat dihadapi dengan lebih aman dan terkendali. Informasi terkini hanya disarankan diakses melalui kanal resmi BMKG agar terhindar dari kesalahan informasi.