SERAYUNEWS– Warga Cilacap mulai merasakan hawa dingin yang lebih menusuk dari biasanya. Berdasarkan data resmi dari Stasiun Meteorologi Cilacap pada Kamis (10/7/2025), suhu udara minimum tercatat mencapai 22 derajat Celsius.
Angka tersebut menunjukkan penurunan suhu yang cukup mencolok, yakni 3 derajat lebih rendah dibandingkan suhu minimum rata-rata beberapa hari terakhir yang berada di kisaran 25°C. Fenomena ini menandai perubahan kondisi cuaca yang mulai terasa di wilayah pesisir selatan Jawa Tengah tersebut.
“Suhu 22°C yang tercatat belum menyamai rekor suhu udara paling minimum yang terjadi di Cilacap selama kurun waktu 45 tahun. Data statistik suhu minimum yang tekumpul mulai tahun 1975 sampai dengan Desember 2024, suhu paling minimum pernah terjadi pada tanggal 14 Agustus 1994, tercatat 17,4°C,” ujar, Kepala Kelompok Teknisi Stasiun Meterorologi Tunggul Wulung Cilacap, Teguh Wardoyo.
Kendati demikian, selisih suhu udara paling minimum tahun 1994 bila dibanding hari ini masih terpaut 5°C. Artinya bahwa Kejadian suhu udara dingin di Cilacap belum lebih dingin dari kejadian tahun 1994. Suhu dingin saat ini masih bersifat normal.
“Berdasarkan prakiraan yang di rilis oleh Stasiun Klimatologi semarang, puncak musim kemarau di Jateng Selatan dan sekitarnya secara umum akan terjadi pada bulan Agustus 2025,” imbuhnya.
Demikian pula dengan suhu udara minimum di malam dan pagi hari diprakirakan akan bertambah dingin. Memberikan indikasi bahwa kejadian suhu dingin ini masih akan berlangsung hingga akhir Agustus 2025.
Kejadian suhu dingin ini diprakirakan akan normal, sehingga tidak perlu dikawatirkan oleh masyarakat. Di beberapa Wilayah diprakirakan akan muncul kabut di pagi hari, merupakan sesuatu yang wajar dan lazim terjadi saat musim kemarau, kemunculan kabut ini juga akan menambah dingin suhu udara di wilayah Cilacap.
“Suhu udara dingin pada musim kemarau ini disebabkan adanya pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia atau disebut dengan monsoon dingin Australia,” ujarnya.
Teguh menambahkan, pergerakan massa udara ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, tercatat hari ini terdapat tekanan udara tinggi di Australia 1026 mb, sedangkan di Asia terdapat tekanan udara rendah 1000 mb. Massa udara bergerak dari tekanan tinggi Australia menuju ke tekanan rendah Asia melewati Indonesia.