SERAYUNEWS – Berikut ini informasi tentang contoh studi tentang LKPD PPG 2025. Dalam rangka pelaksanaan Ujian Tertulis Berbasis Komputer (UTBK) Uji Kompetensi Peserta Pendidikan Profesi Guru (UKPPPG) tahun 2025, peserta diwajibkan menulis studi kasus berdasarkan pengalaman nyata dalam pembelajaran.
Salah satu konteks yang menjadi sorotan adalah penggunaan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) di kelas.
Berikut ini adalah sebuah studi kasus yang menggambarkan bagaimana seorang guru menghadapi tantangan penggunaan LKPD yang tidak efektif di kelas 4 SD, dan bagaimana ia berhasil mengubahnya menjadi media pembelajaran yang lebih bermakna.
Masalah bermula saat saya, sebagai guru kelas 4 SD, mengajar tema “Indahnya Kebersamaan” dalam pembelajaran tematik terpadu. Saat itu, saya menggunakan LKPD yang telah disusun oleh tim guru secara kolaboratif.
Namun setelah beberapa kali pertemuan, muncul berbagai kendala. Siswa terlihat tidak bersemangat dalam mengerjakan tugas, bahkan ada yang kebingungan memahami instruksi dasar.
Waktu pengerjaan sering tidak cukup, dan hasil pekerjaan siswa pun kurang memuaskan. Banyak jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan, serta terlihat jelas bahwa mereka hanya mengerjakan sekadarnya tanpa pemahaman mendalam.
Setelah saya telaah lebih lanjut, ternyata isi LKPD terlalu padat teks dan tidak sesuai dengan karakteristik siswa kelas 4, yang umumnya masih membutuhkan pendekatan visual dan kegiatan konkret.
Soal-soal di dalamnya cenderung bersifat hafalan dan tidak merangsang pemikiran kritis. Selain itu, LKPD tersebut disusun dengan pendekatan seragam, tanpa mempertimbangkan diferensiasi gaya belajar dan kemampuan siswa yang beragam di dalam kelas.
Menanggapi situasi tersebut, saya mengambil inisiatif untuk melakukan refleksi. Langkah pertama saya adalah berdiskusi dengan rekan-rekan guru dalam forum Kelompok Kerja Guru (KKG).
Bersama-sama, kami mengevaluasi struktur dan konten LKPD yang digunakan. Selain itu, saya melakukan wawancara ringan dengan beberapa siswa untuk menggali pendapat mereka tentang kesulitan yang mereka alami.
Dari hasil evaluasi, saya menyusun ulang LKPD dengan mempertimbangkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. LKPD baru saya lengkapi dengan gambar-gambar pendukung, infografis sederhana, serta kegiatan yang mengaitkan konsep pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Saya juga menciptakan dua versi LKPD: satu versi dengan teks lebih lengkap untuk siswa yang gemar membaca, dan versi lain yang lebih visual serta ringkas bagi siswa dengan gaya belajar kinestetik dan visual.
Selain itu, saya menyisipkan aktivitas kolaboratif seperti diskusi kelompok dan eksplorasi lingkungan sekolah agar proses belajar lebih kontekstual.
Setelah implementasi LKPD yang baru, perubahan positif mulai terlihat. Antusiasme siswa meningkat, proses diskusi berjalan aktif, dan pemahaman mereka terhadap materi juga membaik.
Nilai evaluasi harian pun menunjukkan peningkatan signifikan, terutama pada siswa yang sebelumnya kesulitan memahami materi melalui LKPD versi lama.
Tak hanya dari siswa, respons positif juga datang dari orang tua dan kepala sekolah yang mengapresiasi pendekatan pembelajaran yang lebih adaptif dan menyenangkan ini.
Pengalaman ini memberikan pelajaran penting bagi saya. LKPD bukan sekadar media untuk menuliskan soal atau tugas, melainkan alat yang memiliki peran strategis dalam membangun proses pembelajaran yang bermakna.
Desain LKPD yang baik seharusnya mampu menjembatani kebutuhan belajar siswa yang beragam, serta menumbuhkan rasa ingin tahu dan keterlibatan aktif dalam belajar.
Lebih jauh lagi, saya menyadari pentingnya refleksi berkelanjutan, kolaborasi dengan sesama guru, serta keterbukaan terhadap masukan dari siswa sebagai bagian dari proses peningkatan kualitas pembelajaran.
Melalui pengalaman ini, saya semakin yakin bahwa guru perlu terus berinovasi dan menyesuaikan strategi pengajaran agar setiap siswa mendapatkan kesempatan belajar terbaik sesuai potensi mereka.
Nah itu dia informasi tentang contoh studi kasus LKPD PPG 2025. Semoga membantu.***