
SERAYUNEWS-Harga cabai di Kabupaten Banjarnegara mengalami kenaikan dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, kenaikan cabai di sejumlah pasar tradisional Banjarnegara ini mencapai 100 persen. Kondisi cuaca ekstrem menjadi penyebab kenaikan harga cabai yang terjadi belakangan ini.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kenaikan harga cabai yang terjadi belakangan ini lebih terjadi akibat keterbatasan pasokan. Sementara, kebutuhan masyarakat semakin tinggi seiring dengan jelang libur natal dan tahun baru.
Dari pantauan harga di sejumlah pasar tradisional Banjarnegara, sejumlah harga cabai mengalami kenaikan, seperti pada jenis cabai rawit merah atau cabai setan yang melonjak tajam dari sebelumnya kisaran Rp50 ribu menjadi Rp100 ribu per kilogram. Kenaikan juga terjadi pada cabai rawit hijau yang naik dari Rp40 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram. Sementara cabai hijau besar dijual Rp45 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp35 ribu, dan cabai merah keriting naik dari Rp60 ribu menjadi Rp65 ribu per kilogram.
Kenaikan ini diakui oleh Sudi, pedagang pasar induk Banjarnegara. Dia menyebutkan kenaikan harga komoditas cabai ini lebih dipengaruhi karena pasokan yang berkurang akibat cuaca ekstrem, dimana akibat kondisi cuaca ini, banyak serangan penyakit pada tanaman cabai, akibatnya petani cabai yang mengalami gagal panen.
“Sekarang stok cabai di pasaran makin sedikit. Dari petani juga panennya turun drastis, jadi harga ikut naik. Cabai rawit merah paling terasa, bisa sampai dua kali lipat,” ujar Sudi, Selasa (16/12/2025).
Menurutnya, penurunan produksi petani sangat signifikan. Dalam kondisi normal, satu lahan cabai bisa menghasilkan lima hingga enam kuintal sekali panen. Namun saat ini, hasil panen hanya sekitar dua kuintal, atau turun hingga 75 persen.
Berkurangnya pasokan serta naiknya harga cabai ini juga berdampak pada omzet pedagang. Bahkan, para pedagang cabai ini mengaku mengalami penurunan omzet hingga 40 persen.
“Otomatis dengan harga mahal, daya beli masyarakat berkurang. Banyak pembeli yang mengurangi belanja, ada juga yang batal beli karena mahal. Cabai yang tidak cepat terjual malah ada yang busuk karena terlalu lama disimpan,” katanya.
Dikatakannya, kenaikan harga cabai ini diprediksi masih terus terjadi seiring dengan kondisi cuaca ekstrem yang masih terjadi belakangan ini. Untuk itu, dia berharap adanya peran serta pemerintah untuk dapat menyetabilkan harga dan ketersediaan barang di pasar.
“Kami berharap ada sidak dan operasi pasar supaya harga bisa ditekan dan stok aman. Apalagi ini menjelang akhir tahun, harga bahan pokok lain juga mulai naik,” ujar Sudi.
Kondisi ini menambah daftar komoditas pangan yang terdampak cuaca ekstrem. Jika tidak segera diantisipasi, lonjakan harga dikhawatirkan akan semakin membebani masyarakat, terutama menjelang momentum akhir tahun.