SERAYUNEWS – Dinas Sosial Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsosdalduk KBP3A) Kabupaten Purbalingga menggelar workshop bertema “Bicara dari Hati: Tumbuh Kuat, Tumbuh Peduli” bersama Bunda Forum Anak. Kegiatan ini dilaksanakan di Grand Braling Hotel, Sabtu (3/5/2025) dengan menghadirkan berbagai narasumber mulai dari kalangan psikolog klinis, praktisi, hingga pembina Forum Anak.
Plt Kepala Dinsosdalduk KBP3A Purbalingga Jusi Febrianto mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk membekali para remaja agar lebih mengenal diri, mengelola emosi, dan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sosial. Dia menegaskan pentingnya kesiapan mental anak dalam menghadapi tantangan kehidupan.
“Memahami diri sendiri dan mengendalikan emosi adalah bentuk kecerdasan yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan anak,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Brianda Astro Diaz, menyoroti persoalan perkawinan usia anak yang masih menjadi tantangan serius di Indonesia, termasuk Kabupaten Purbalingga. Menurutnya, praktik ini terus terjadi meski regulasi sudah dikeluarkan.
“Faktor penyebabnya kompleks, mulai dari rendahnya kesadaran pendidikan, tekanan sosial dan budaya, hingga minimnya pemahaman terhadap kesehatan mental dan emosional anak,” jelasnya.
Ia menyebut bahwa pemberdayaan anak dan remaja adalah pendekatan efektif dalam upaya perlindungan anak. Anak yang mengenal emosi dan peduli terhadap sesama cenderung lebih mampu menolak pernikahan dini dan membuat keputusan yang sehat dan bertanggung jawab.
Salah satu sesi bertajuk “Kenali Diri, Kembangkan Potensi” disampaikan oleh psikolog klinis Kurniasih Dwi Purwanti. Ia menekankan pentingnya mengenali emosi dan kemampuan dasar yang harus dimiliki anak sejak dini. “Anak perlu dibekali dengan kemampuan berpikir kritis, komunikasi asertif, serta pengendalian emosi agar siap menghadapi tantangan zaman,” ungkapnya.
Masalah perkawinan usia anak, menurut Kurniasih juga dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti minimnya edukasi di keluarga, kondisi finansial yang lemah, serta pengaruh media digital. Oleh karena itu, pendidikan karakter sejak dini dan peran keluarga menjadi sangat vital.
Workshop ini juga menghadirkan sesi “Cerita Kehidupan: Aku Bukan Penyakitku” bekerja sama dengan Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Kabupaten Purbalingga. Sesi ini memberikan ruang aman bagi remaja untuk berbagi dan memahami pentingnya empati serta inklusi terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS.
Dalam sesi terakhir, pembina sekaligus Bunda Forum Anak Purbalingga, Syahzani Fahmi Muhammad Hanif, menyampaikan pentingnya sinergi antara keluarga, pemerintah, dan anak dalam menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja.
“Ketika anak merasa didampingi, bukan sekadar diselamatkan oleh orang tua, maka sifat tangguh atau resiliensi akan tumbuh dengan sendirinya,” ujarnya.
Menurutnya, keluarga harus menjadi tempat pertama pembentukan karakter dan nilai. Sementara pemerintah daerah perlu berperan aktif sebagai fasilitator dalam menyediakan ruang aman, pendidikan memadai, serta terus memperjuangkan Purbalingga sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA).
“Remaja harus menyadari bahwa masa muda tidak datang dua kali. Jangan terburu-buru menikah. Belajarlah setinggi-tingginya dan berkontribusilah untuk masa depan yang lebih baik, termasuk bagi Purbalingga,” pungkas Bunda Forum Anak.
Workshop tersebut turut dihadiri oleh Kepala Dinporapar Kabupaten Purbalingga R. Budi Setiawan, Ketua II PUSPA Kabupaten Purbalingga Denita Dimas Prasetyahani, para anggota Forum Anak, serta perwakilan atlet paralimpik berprestasi.