SERAYUNEWS – Dunia perfilman Indonesia kembali digugah dengan kehadiran sebuah film bertema perjuangan dan nasionalisme yang diangkat dari kisah nyata.
Berjudul Believe: The Ultimate Battle, film ini bukan hanya menghadirkan aksi militer yang intens, tetapi juga menggali sisi emosional dan nilai kemanusiaan dari para prajurit yang pernah mengabdi dalam operasi besar negara.
Disutradarai oleh Rahabi Mandra dan Arwin Tri Wardhana, serta diproduseri oleh Celerina Judisari melalui rumah produksi Bahagia Tanpa Drama, film ini membawa penonton ke dalam pusaran konflik batin dan pengabdian sejati.
Film ini mengadaptasi kisah nyata dari buku Believe: Faith, Dream, and Courage, yang ditulis berdasarkan perjalanan hidup Jenderal Agus Subiyanto.
Cerita ini mengikuti perjalanan seorang pemuda bernama Agus yang sejak kecil harus menghadapi kehidupan tanpa sosok ayah.
Sang ayah, Dedy Unadi, merupakan seorang prajurit yang gugur dalam medan tempur, meninggalkan Agus dengan kenangan samar dan rasa kehilangan yang mendalam.
Perjalanan Agus dari remaja tanpa arah menjadi sosok prajurit militan adalah benang merah yang menggerakkan seluruh alur cerita film ini.
Salah satu daya tarik utama Believe: The Ultimate Battle adalah latar sejarahnya yang kuat dan akurat.
Film ini mengambil inspirasi dari beberapa peristiwa penting dalam sejarah militer Indonesia, salah satunya adalah Operasi Seroja pada tahun 1975.
Tidak hanya itu, film ini juga menyinggung operasi militer lainnya di Timor Timur yang berlangsung pada 1995 dan 1999.
Tim produksi melakukan riset mendalam untuk merekonstruksi suasana masa tersebut, mulai dari suasana sosial politik, penggunaan perlengkapan militer, hingga dinamika internal di tubuh tentara.
Detail seperti desain seragam, jenis senjata, dan lokasi syuting disesuaikan agar mendekati akurasi sejarah dan menciptakan atmosfer autentik bagi penonton.
Untuk menjiwai perannya sebagai Agus, aktor muda Ajil Ditto menjalani pelatihan militer selama 40 hari bersama prajurit Tentara Nasional Indonesia.
Proses ini tidak hanya mematangkan sisi fisik, tetapi juga memberi Ajil pemahaman lebih dalam mengenai kedisiplinan, rasa takut di medan perang, hingga semangat juang yang membara.
Ia mengaku bahwa keterlibatannya dalam film ini adalah pengalaman transformasional yang mengubah sudut pandangnya terhadap pengorbanan dan pengabdian.
Di balik tembakan dan ledakan, Believe: The Ultimate Battle menyajikan narasi personal yang dalam. Film ini bukan semata-mata soal pertempuran fisik, tetapi juga menggambarkan perjalanan batin seorang anak dalam memahami arti pengabdian.
Agus awalnya memandang sosok ayahnya sebagai prajurit yang lebih mencintai negara ketimbang keluarga. Namun seiring waktu, ia menyadari bahwa keberanian sang ayah bukan sekadar tugas negara, melainkan bentuk cinta yang besar dan tulus.
Perjalanan Agus dalam menggali kembali jejak sang ayah mengajarkan tentang pentingnya memahami sebelum menghakimi.
Dari seorang remaja yang penuh amarah dan keraguan, ia bertransformasi menjadi pemuda yang mengerti bahwa keberanian adalah bertahan ketika segala hal terasa berat.
Film ini menanamkan pesan kuat mengenai pengabdian, bukan sebagai sesuatu yang harus dikumandangkan, tapi sebagai sikap yang muncul dari keyakinan.
Melalui berbagai adegan emosional dan reflektif, Believe menekankan bahwa kekuatan sejati berasal dari hati yang percaya, percaya pada mimpi, pada Tuhan, dan pada cita-cita bangsa.
Dengan kombinasi cerita nyata, latar sejarah kuat, akting mendalam, dan kualitas sinematografi tinggi, Believe: The Ultimate Battle layak disebut sebagai film Indonesia yang menetapkan standar baru untuk genre laga patriotik.***