SERAYUNEWS – Festival Gunung Slamet (FGS) ke-8 resmi dimulai di kawasan wisata D’las, Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Jumat (4/7/2025).
Event tahunan unggulan Kabupaten Purbalingga ini harapannya menarik 50.000 wisatawan selama tiga hari pelaksanaan hingga Minggu (6/7/2025).
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Purbalingga, R. Budi Setiawan, menyatakan FGS#8 kembali masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN) dari Kementerian Pariwisata RI. Sehingga menjadikannya sebagai daya tarik wisata nasional.
“FGS kali ini menghadirkan kegiatan baru dan menarik, seperti Trail Run, prosesi pengambilan air Tuk Sikopyah dengan peserta dari 22 negara. Serta ada pemecahan Rekor MURI penyajian 8.888 porsi Nasi 3G (Gundil, Gandul, dan Gereh),” ujarnya.
Budi menambahkan, peserta ritual air Tuk Sikopyah mengenakan pakaian adat dari negara masing-masing, menciptakan simbol keberagaman budaya global.
Ia optimistis, angka kunjungan tahun ini bisa menembus 50.000 orang, naik dari 46.000 wisatawan pada FGS#7. Dengan perputaran ekonomi yang sebelumnya mencapai Rp2,2 miliar.
Kepala Desa Serang, Sugito, mengungkapkan bahwa FGS berdampak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat.
“Stand UMKM bisa meraup omzet hingga Rp3,5 juta per hari selama festival. Padahal biasanya di akhir pekan hanya sekitar Rp1,5 juta,” katanya.
FGS pun menjadi etalase penting bagi promosi produk unggulan desa wisata di Purbalingga.
Pembukaan FGS#8 turut meriah dengan pertunjukan budaya dari berbagai desa wisata, seperti Tari Sikopyah (Desa Wisata Serang). Kemudian ada Tari Baladewa (Gunung Wuled), Tari Dayakan (Panusupan), dan Seni Gejog Lesung dari Desa Onje.
Penampilan tersebut menjadi bagian dari pelestarian budaya lokal sekaligus daya tarik wisata yang membaurkan tradisi dan hiburan modern.
Wakil Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani, yang membuka FGS#8 menyatakan dukungannya terhadap keberlanjutan festival ini.
“Insya Allah kami akan terus mendukung hingga FGS ke-9, ke-10, ke-11, dan seterusnya. Kita ingin Purbalingga, khususnya Serang, menjadi seterkenal Batu di Malang,” katanya.
Ia menegaskan, FGS kini bukan sekadar acara lokal, melainkan sudah menjadi kebanggaan nasional.
“Festival ini bukan lagi milik warga Serang saja, tetapi sudah menjadi milik masyarakat Purbalingga dan bahkan Indonesia. Karena ini telah masuk ke dalam agenda Karisma Event Nusantara dari Kementerian Pariwisata,” tambahnya.