SERAYUNEWS- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), menunjukkan komitmennya dalam memperluas wawasan global dan literasi diplomasi antarnegara.
Kuliah umum bertajuk “Cultural Diplomacy Between Indonesia-Ukraine: Bridging Differences and Building Understanding” sukses berlangsung di Auditorium FISIP Unsoed lantai 3, dihadiri civitas akademika dan mahasiswa lintas jurusan.
Dua narasumber utama hadir dalam forum akademik ini, yakni Mr. Yurii Konseko dari Ukraina serta Dias Pabyantara Swandita Mahayasa, Dosen Hubungan Internasional FISIP Unsoed.
Sebagai pembicara pertama, Mr. Yurii Konseko memaparkan dinamika hubungan budaya antara Indonesia dan Ukraina.
Ia dikenal sebagai sosok penting yang memperkenalkan bahasa dan budaya Indonesia di tanah Ukraina.
“Banyak masyarakat Ukraina kini tertarik mempelajari bahasa Indonesia karena daya tarik budaya serta eratnya hubungan diplomatik kedua negara,” ungkap Yurii.
Ia juga mengaku sangat mengagumi karya-karya penyair Chairil Anwar yang menurutnya memiliki kekuatan ekspresi luar biasa dan mampu menggugah perhatian masyarakat Ukraina terhadap sastra Indonesia.
Dalam kuliahnya, Yurii turut memutar video kreatif karyanya yang berisi ucapan selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia pada tahun 2021 dan 2022, sebagai bentuk penghormatan dan rasa cinta terhadap budaya Nusantara.
Pembicara kedua, Dias Pabyantara Swandita Mahayasa, mengangkat tema yang lebih politis dengan judul presentasi “Mapping Indonesian Public Discourse Upon Russia-Ukraine Military Aggression from 2022-2024.”
Dalam analisisnya, Dias menemukan dua pola wacana publik yang berkembang di Indonesia terkait invasi Rusia terhadap Ukraina, yaitu “Putin Hypermasculine Persona” dan “Feminizing the Indonesian Government.”
Ia menjelaskan bahwa konstruksi semacam ini lahir dari kultur patriarki yang masih kuat, di mana kekuatan militer kerap disimbolkan dengan maskulinitas berlebihan.
“Jika prinsip hukum dan kemanusiaan diutamakan, agresi militer semacam ini seharusnya bisa dicegah,” tegas Dias dalam paparannya yang kritis dan reflektif.
Antusiasme peserta kuliah umum tergambar jelas dalam sesi tanya jawab. Lima mahasiswa secara aktif mengajukan pertanyaan kepada Mr. Yurii, yang kemudian dijawab secara mendalam oleh kedua narasumber.
Kuliah umum ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan FISIP Unsoed dalam membangun kesadaran global, multikulturalisme, serta meningkatkan literasi diplomasi internasional di kalangan mahasiswa.
Tak hanya sebagai sarana edukasi, acara ini juga mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek perdamaian, kerja sama global, dan pemahaman lintas budaya.
Dengan pendekatan akademik dan keterlibatan internasional seperti ini, Unsoed kian menegaskan posisinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang aktif dalam diplomasi intelektual lintas negara.