SERAYUNEWS – Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB), Hercules Rosario de Marshal, kembali jadi sorotan publik. Lantas, banyak yang bertanya, dia saat ini kerja apa?
Sosok yang dikenal luas sebagai mantan preman Tanah Abang ini tengah terlibat ketegangan dengan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo.
Perseteruan ini mencuat setelah Hercules menyebut Letjen (Purn) Sutiyoso sebagai sosok yang “mulutnya sudah bau tanah”. Pernyataan itu langsung memicu kemarahan Gatot.
Dalam sebuah video yang beredar luas, Gatot terlihat duduk dengan wajah serius dan mengenakan kemeja putih.
Ia mengecam keras pernyataan Hercules yang dinilai melecehkan purnawirawan sekelas Sutiyoso. Bahkan, Gatot menyebut Hercules hanya sebagai preman yang memakai atribut ormas.
“Ingat, dulu kau hanya TBO (Tenaga Bantuan Operasi). Siapa yang bawa kau ke Jakarta? Sudah purnawirawan juga yang membawa. Kau itu cuma preman pakai baju ormas!” ujar Gatot dengan nada tinggi.
Tak hanya itu, Gatot juga menyoroti pola perilaku premanisme yang dianggap melekat pada GRIB, terutama dalam kasus bentrokan ormas di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Ia mengkritik keras pernyataan GRIB yang menuntut loyalitas kepada ormas sebelum mencintai rakyat.
“Gubernur dan wali kota itu dipilih rakyat, bukan ormas. Pakai otak dong,” sindirnya.
Tak lama setelah kritik pedas dari Gatot, Hercules muncul dalam video klarifikasi. Ia menyampaikan permintaan maafnya kepada Sutiyoso atas ucapannya.
“Saya minta maaf sebesar-besarnya ke Pak Sutiyoso. Beliau adalah Komandan Khusus Baret Merah, saya sangat hormat dan kagum,” ujar Hercules.
Namun, Hercules tetap bersikukuh bahwa keberadaan Gibran sebagai Wakil Presiden adalah sah karena dipilih rakyat.
Dalam pandangannya, gugatan sejumlah purnawirawan terhadap Gibran hanya karena kekecewaan kalah di Pilpres.
Rosario de Marshal, pria asal Dili, Timor Timur, mendapat julukan “Hercules” dari prajurit Kopassus saat bertugas di medan operasi Timor Timur pada 1975.
Julukan itu merujuk pada kemampuannya memanggul karung seberat 100 kg meski bertubuh kecil.
Hercules datang ke Jakarta sekitar 1987. Alih-alih bekerja di pabrik, ia malah terjun ke dunia jalanan dan berjualan rokok di Tanah Abang.
Di sinilah awal mula ia bersinggungan dengan dunia premanisme, yang kemudian membentuk kelompok sendiri beranggotakan pemuda Timor Timur.
Berdasarkan buku Politik Jatah Preman karya Ian Douglas Wilson, kelompok Hercules sempat menguasai Kelurahan Jatibunder dan kegiatan ekonomi di kawasan Bongkaran.
Puncaknya terjadi pada pertengahan 90-an sebelum kemudian terusir setelah bentrok dengan kelompok preman lokal.
Saat ini, Hercules bukan sekadar tokoh ormas. Ia menjabat sebagai Ketua Umum GRIB Jaya dan diketahui pada 2022 sempat ditunjuk menjadi tenaga ahli di Perumda Pasar Jaya, sebuah BUMD milik Pemprov DKI Jakarta.
Pengangkatan itu disebut sudah melalui mekanisme resmi. Meski sempat menuai kontroversi, Hercules tetap aktif dalam kegiatan ormas dan sosial. Hercules juga diketahui punya jaringan luas dalam jasa keamanan dan logistik.
Selain dikenal dekat dengan Presiden Terpilih Prabowo Subianto, ia memiliki pengaruh di banyak daerah melalui jaringan GRIB Jaya. Dalam Pilpres 2024, GRIB secara terbuka mendukung Prabowo-Gibran.
Nama GRIB kembali mencuat awal 2025 setelah terlibat bentrok dengan Pemuda Pancasila di Blora dan Bandung. Di Blora, setidaknya 12 orang terluka dalam insiden pada 14 Januari.
Sehari kemudian, bentrokan di Bandung viral di media sosial. Kasus ini memperkuat sorotan publik terhadap eksistensi ormas yang menggunakan kekuatan massa dalam dinamika sosial dan politik.
Gatot pun merasa negara berada dalam situasi berbahaya jika premanisme tidak ditindak tegas. Ia mengingatkan bahwa kekuatan hukum harus tetap dihormati dan tak boleh dikalahkan oleh kekuatan jalanan.
Meski Hercules sudah minta maaf, belum ada tanda-tanda perseteruan ini akan benar-benar reda. Gatot menilai permintaan maaf tidak cukup jika tak disertai perubahan sikap.
Ia bahkan mengisyaratkan siap berhadapan langsung bila Hercules terus menunjukkan arogansi terhadap para purnawirawan.
Di sisi lain, publik bertanya-tanya: apakah konflik ini hanya dinamika internal elite atau sinyal adanya ketegangan sosial yang lebih besar terkait peran ormas di Indonesia?
Satu hal yang pasti, Anda sebagai warga negara tetap punya peran menjaga akal sehat dan keberpihakan pada hukum serta konstitusi.
Kritik keras Gatot dan respons Hercules menunjukkan bahwa wacana publik di negeri ini masih sangat hidup dan dinamis.***