SERAYUNEWS– Limbah plastik biasanya dianggap sebagai sampah yang mencemari lingkungan. Namun, di tangan para nelayan Kampung Kepiting di Kutawaru, Kecamatan Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap, galon bekas air mineral justru menjelma menjadi alat tangkap kepiting yang efisien, murah, dan ramah lingkungan.
Adalah Warrie Anto, Koordinator Kampung Kepiting, yang mengungkap inovasi cerdas ini. Ia mengatakan, para nelayan di kelompok MAMAKU (Masyarakat Mandiri Kutawaru) dulunya mengandalkan wadong dari bambu untuk menangkap kepiting. Namun harga satu wadong yang mencapai Rp40.000 dinilai cukup memberatkan.
“Sekarang kami memanfaatkan limbah galon bekas air mineral untuk membuat wadong. Biayanya jauh lebih murah, dan ketahanannya juga lebih lama dibanding bambu,” jelas Warrie, Sabtu (26/7/2025).
Penggunaan galon bekas ini bukan hanya soal efisiensi biaya. Dalam praktiknya, hasil tangkapan yang didapat dari wadong galon tak jauh berbeda dengan wadong bambu. “Satu galon bisa menangkap satu hingga tiga ekor kepiting, tergantung umpannya,” imbuhnya.
Lebih dari itu, galon plastik juga dimanfaatkan dalam budidaya kepiting cangkang lunak yang memiliki nilai jual tinggi di pasar.
Inovasi ini sudah mulai diterapkan sejak tahun 2024, dan terus berkembang hingga kini. Keberhasilan para nelayan ini juga tak lepas dari dukungan Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, melalui program binaan TJSL yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan ekonomi sirkular.
Cecep Supriyatna, Area Manager Communication, Relations & CSR KPI RU IV Cilacap menyatakan kebanggaannya terhadap program ini. “Program MAMAKU menjadi bukti nyata komitmen kami memberikan manfaat berkelanjutan untuk masyarakat,” katanya.
Program ini juga selaras dengan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) dan turut mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek pengentasan kemiskinan, mengatasi kelaparan, dan membangun kemitraan yang kuat.
Langkah kreatif nelayan Kutawaru membuktikan bahwa inovasi tidak selalu berasal dari teknologi tinggi. Dengan kepedulian terhadap lingkungan dan semangat kemandirian, limbah pun bisa menjadi berkah yang membuka jalan menuju kesejahteraan.