SERAYUNEWS – Di balik kesibukannya sebagai kepala daerah, Bupati Purbalingga, H. Fahmi Muhammad Hanif menyimpan kenangan masa kuliah yang tak banyak diketahui orang.
Ketika menempuh studi di Universitas Brawijaya, Malang, ia kerap melewati sekretariat Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tapi ia tak pernah benar-benar masuk.
“Cuma lewat saja waktu itu,” kenangnya, disambut tawa hadirin di Pendopo Dipokusumo. Minggu pagi, 4 Mei 2025, semua itu seperti menemukan titik baliknya.
Bupati Fahmi resmi dikukuhkan sebagai Anggota Kehormatan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Purbalingga dalam sebuah seremoni hangat dan penuh semangat di jantung pemerintahan kabupaten: Pendopo Dipokusumo.
Ia tak lagi hanya ‘melewati’ HMI, tetapi kini menjadi bagian dari KAHMI—sebuah rumah intelektual yang menaungi para alumni organisasi mahasiswa Islam tertua di Indonesia itu.
Pengukuhan ini merupakan bagian dari pelantikan Majelis Daerah KAHMI Purbalingga untuk periode 2025–2030.
Prosesi dilakukan langsung oleh perwakilan Majelis Nasional KAHMI, Zulfikar Arse Sadikin, di hadapan ratusan tamu undangan dari jajaran Forkopimda, OPD, camat, OKP, partai politik, dan tokoh masyarakat.
Dalam sambutannya, Fahmi tampil apa adanya. Ia mengaku merasa terhormat sekaligus tertantang dengan keanggotaannya di KAHMI. “Ini bukan sekadar simbolik,” ujarnya tegas.
Lebih lanjut, Fahmi juga dengan tegas meminta KAHMI Purbalingga harus mempunyai kontribusi dan peran. Apabila tidak, ia mengaku merasa malu.
“KAHMI harus punya kontribusi dan peran. SDM-nya harus unggul. Kalau tidak, saya yang malu,” tambahnya.
Bagi Fahmi, kolaborasi adalah kunci. Ia melihat potensi besar dalam jaringan alumni HMI—yang tersebar lintas profesi dan generasi—untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah.
Adapun mulai dari penguatan kebijakan, peningkatan kualitas SDM, hingga pengawasan moral terhadap roda birokrasi.
Dan semangat itu disambut baik oleh Koordinator Presidium MD KAHMI Purbalingga, Tri Adi Saputro. Dalam sambutannya, Tri menyebut bahwa pelantikan ini adalah langkah awal menuju transformasi.
“Kami ingin menjadikan KAHMI sebagai rumah berkhidmah dan berkontribusi. Sebuah rumah yang tidak hanya mengedepankan intelektualitas, tetapi juga keberpihakan pada umat dan bangsa,” ujarnya dengan penuh keyakinan.
Majelis Nasional KAHMI, Zulfikar Arse Sadikin, menambahkan pesan penting tentang peran KAHMI sebagai penjaga nilai.
Menurutnya, Indonesia hari ini membutuhkan lebih banyak tokoh publik yang bekerja berdasarkan integritas, bukan sekadar kepentingan.
“Kita butuh pemimpin yang tidak hanya pintar, tapi juga punya keberpihakan pada kebenaran. Pak Fahmi, semoga dalam mengelola birokrasi, tetap berlandaskan nilai meritokrasi,” pesannya.
Sementara ketua panitia pelantikan, Rahman Prasetyo, membuka acara dengan refleksi historis.
Ia mengutip ucapan Jenderal Soedirman saat Dies Natalis HMI pada 1948: “HMI adalah harapan umat Islam dan harapan masyarakat Indonesia.”
Bagi Rahman, kutipan itu masih relevan. Bahkan, ia berharap KAHMI hari ini bisa menjadi harapan masyarakat Purbalingga.
Pelantikan ini bukan sekadar seremoni biasa. Ia menyimpan harapan besar: bahwa kolaborasi antara pemerintah daerah dan kekuatan moral-intelektual seperti KAHMI bisa menjawab tantangan zaman.
Di antara sambutan dan deretan prosesi, yang terasa justru adalah nuansa kehangatan. Para tamu tampak terlibat aktif, sebagian lain larut dalam diskusi usai acara.
Di ruang itu, tampak jelas: KAHMI bukan sekadar organisasi alumni, melainkan jembatan antara idealisme masa muda dan realitas pengabdian.
Sementara untuk Bupati Fahmi, hari itu bukan sekadar penambahan gelar “anggota kehormatan.” Ia seperti menemukan rumah yang dulu hanya dilewati, kini benar-benar ia masuki.***