SERAYUNEWS – Keluhan perut kembung, rasa panas di ulu hati, atau mual setelah makan kini makin sering dirasakan banyak orang, terutama yang menjalani gaya hidup serbacepat dan penuh tekanan.
Tanpa disadari, gangguan lambung mulai menjadi “penyakit sehari-hari” yang mengganggu aktivitas dan kualitas hidup.
Di tengah keluhan yang kian umum ini, banyak orang mulai mencari solusi alternatif di luar obat medis.
Ramuan berbasis bahan alami seperti kunyit dan madu kini kembali dilirik sebagai upaya menenangkan lambung secara lebih alami.
Kandungan keduanya pun mulai mendapat sorotan karena dinilai punya potensi meredakan gejala gangguan pencernaan tanpa efek samping berat.
Keluhan lambung seperti GERD, maag, dan dispepsia semakin banyak ditemukan, terutama di kalangan usia produktif.
Penyebabnya beragam, mulai dari kebiasaan makan tidak teratur, konsumsi makanan cepat saji, hingga stres berkepanjangan.
Tidak sedikit pula yang mengeluhkan gejala ini sebagai efek samping begadang atau minimnya aktivitas fisik.
Melihat fenomena tersebut, beberapa pelaku industri herbal mencoba merespons dengan produk berbahan dasar alami, termasuk ramuan yang mengandung kunyit dan madu sebagai bahan utama.
Kunyit, rempah yang umum ditemukan di dapur Indonesia, mengandung kurkumin yang dikenal memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan.
Menurut informasi dari Dinas Kesehatan DIY, senyawa ini berpotensi membantu menenangkan lambung yang sedang iritasi dan mendukung pemulihan jaringan.
Di sisi lain, madu yang digunakan dalam produk herbal umumnya berasal dari jenis madu hutan. Madu jenis ini cenderung berwarna gelap, encer, dan memiliki aroma yang lebih kuat.
Studi yang dilakukan oleh Universitas Airlangga menunjukkan bahwa madu tak hanya bermanfaat untuk sistem imun, tetapi juga dapat mempercepat pemulihan luka dan menjaga keseimbangan mikroba di sistem pencernaan.
Namun demikian, efektivitas bahan alami tidak bisa disamakan dengan terapi medis.
Para ahli mengingatkan agar konsumen tetap mengutamakan konsultasi dengan tenaga kesehatan, terutama bila memiliki riwayat penyakit tertentu.
Penggunaan produk herbal yang mengandalkan kunyit dan madu menjadi bagian dari tren yang lebih luas, yaitu pergeseran ke arah pengobatan berbasis preventif.
Kampanye gaya hidup seperti “Gak Pake Parno” yang mengajak masyarakat menikmati makanan tanpa takut kambuhnya gangguan lambung, sebenarnya juga mendorong kesadaran tentang pentingnya menjaga pola hidup sehat.
Dokter Rahmawati, seorang praktisi kesehatan di Yogyakarta, menegaskan bahwa bahan herbal memang memiliki manfaat, namun bukanlah solusi tunggal.
“Tidak ada solusi tunggal. Herbal bisa membantu, tapi harus dibarengi dengan pola makan teratur, manajemen stres, dan olahraga,” lanjut dr. Rahmawati.
Meski kunyit dan madu tergolong aman untuk dikonsumsi harian, tetap ada pengecualian.
Mereka yang memiliki alergi terhadap salah satu bahan, atau penderita gangguan organ tertentu seperti liver, sebaiknya berhati-hati.
Pemantauan respons tubuh dan pemilihan dosis yang sesuai penting untuk dilakukan secara sadar.
Secara umum, meningkatnya ketertarikan masyarakat terhadap ramuan herbal mencerminkan kesadaran baru dalam memilih pendekatan pengobatan yang lebih natural.
Namun, penggunaan bahan alami harus tetap berada dalam koridor kewaspadaan, terutama jika dikonsumsi secara rutin.
Produk berbasis rempah Indonesia kini memang lebih mudah ditemukan dan dikemas dalam bentuk yang praktis.
Namun lebih dari sekadar kemasan, kepercayaan publik bertumpu pada edukasi yang terbuka dan transparansi mengenai manfaat maupun keterbatasan produk herbal itu sendiri.***