SERAYUNEWS-Banyak orang menganggap bahwa tubuh kurus berarti sehat. Nyatanya hal itu tidak selalu benar. Salah satu kondisi yang sering tidak disadari adalah “skinny fat”, yaitu tubuh yang terlihat kurus dari luar namun memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi, terutama di area perut.
Orang dengan kondisi ini sering kali memiliki berat badan dalam kisaran normal, tetapi masa otot yang rendah dan lemak visceral yang tinggi menyelimuti organ dalam.
Fenomena ini tidak hanya memengaruhi penampilan fisik, tetapi juga berisiko terhadap kesehatan, termasuk dapat meningkatnya kemungkinan terkena penyakit diabetes tipe 2, penyakit jantung, maupun gangguan metabolisme lainnya.
Ironisnya, karena terlihat kurus, banyak orang dengan kondisi skinny fat tidak menyadari bahwa tubuh mereka dalam keadaan yang tidak sehat.
Mengapa Skinny Fat Berbahaya?
Masalah utama dari skinny fat bukanlah soal estetika, melainkan kesehatan metabolik. Lemak visceral yang menumpuk di sekitar perut lebih aktif secara hormon dan dapat menyebabkan peradangan kronis dalam tubuh.
Hal ini berkaitan erat dengan meningkatnya risiko resistensi insulin, tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tidak normal.
Selain itu, orang dengan skinny fat biasanya memiliki massa otot yang rendah, yang berdampak pada tingkat metabolisme basal mereka.
Artinya, tubuh mereka membakar lebih sedikit kalori saat istirahat, sehingga lebih mudah menimbun lemak bahkan dengan porsi makan yang tidak berlebihan.
Jika dibiarkan, skinny fat bisa menjadi pintu masuk menuju sindrom metabolik dan berbagai penyakit kronis lainnya.
Penyebab Badan Kurus tapi Perut Buncit
Ada berbagai faktor yang menyebabkan seseorang mengalami skinny fat. Berikut adalah beberapa penyebab utamanya:
1. Malas Bergerak
Gaya hidup sedentari atau minim aktivitas fisik adalah salah satu penyebab utama skinny fat.
Meskipun tidak makan berlebihan, kurangnya aktivitas seperti olahraga atau jalan kaki membuat tubuh kehilangan massa otot dan menyimpan lebih banyak lemak.
2. Faktor Keturunan dan Metabolisme Buruk
Beberapa orang secara genetik cenderung memiliki metabolisme yang lambat atau menyimpan lemak di bagian perut. Meskipun terlihat kurus, tubuh mereka sebenarnya menimbun lemak lebih banyak dari yang tampak.
3. Stres Kronis
Stres yang berkepanjangan dapat memicu produksi hormon kortisol, yang merangsang penumpukan lemak di area perut. Selain itu, stres juga memicu pola makan emosional yang berkontribusi terhadap konsumsi makanan tidak sehat.
4. Kurang Tidur
Tidur yang tidak cukup akan mengganggu hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, yaitu ghrelin dan leptin. Akibatnya, orang cenderung makan lebih banyak dan memilih makanan tinggi kalori saat kurang tidur.
5. Kekurangan Asupan Protein
Protein berperan penting untuk membangun dan memperkuat massa otot. Diet rendah protein bisa membuat otot mudah hilang, sementara tubuh tetap menyimpan lemak, terutama di perut.
6. Konsumsi Makanan Tinggi Gula dan Lemak Jenuh
Meski porsi makan kecil, jenis makanan tinggi gula dan lemak jenuh seperti minuman manis, gorengan, atau makanan cepat saji bisa menyebabkan penumpukan lemak visceral.
7. Kurang Asupan Serat
Serat berperan penting dalam menjaga metabolisme dan kesehatan pencernaan. Kurangnya serat dapat menyebabkan perut kembung, sembelit, dan berkontribusi pada penumpukan lemak perut.
Kesimpulan
Fenomena skinny fat menjadi pengingat bahwa penampilan luar tidak selalu mencerminkan kondisi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Menjaga pola makan seimbang, aktif bergerak, mengelola stres, dan tidur cukup adalah langkah awal untuk mengatasi dan mencegah kondisi ini. Jangan tunggu sampai gejala muncul, Anda harus memperhatikan sinyal tubuh dan rawat kesehatan sejak dini.