SERAYUNEWS – Fenomena alam tak biasa kembali mewarnai kawasan Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara.
Banyak warga serta wisatawan yang belakangan membahas mengenai kabar kemunculan embun es di sana karena terjadi lebih awal dari biasanya.
Pada Senin, 28 April 2025, untuk pertama kalinya di tahun ini, butiran embun es tipis serupa salju atau embun upas menyelimuti tanah dan tanaman di kawasan Dieng.
Biasanya, embun upas muncul pada puncak musim kemarau, namun tahun ini, fenomena khas musim kemarau itu datang lebih dini.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut penjelasan lengkapnya.
Turunnya embun upas di Dieng pada bulan April 2025 menjadi sesuatu yang tidak lazim.
Biasanya, embun es mulai terlihat pada pertengahan hingga puncak musim kemarau, yakni antara bulan Mei hingga Juli.
Oleh karenanya, kemunculan embun upas pada akhir April mengejutkan banyak pihak, khususnya warga sekitar yang sudah terbiasa mengamati perubahan musim di wilayahnya
Dan bagi mereka, embun upas bukan sekadar pemandangan saja, tetapi fenomena ini dianggap sebagai penanda bahwa musim kemarau telah benar-benar dimulai.
Suhu dingin yang ekstrem di pagi hari juga tercatat menurun drastis, bahkan mencapai 3 derajat Celsius saat embun upas pertama kali muncul.
Munculnya embun es lebih cepat ini biasanya berkaitan erat dengan perubahan cuaca.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber, fenomena ini diduga merupakan dampak dari perubahan iklim.
Kondisi atmosfer yang semakin tidak menentu bisa menyebabkan variasi cuaca ekstrem di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Menurut penjelasan Stasiun Geofisika Banjarnegara, secara umum, embun upas terjadi ketika suhu udara turun drastis, sehingga titik-titik air (embun) yang telah terbentuk kemudian berubah menjadi kristal es (embun upas).
Tahun ini, suhu dingin ekstrem datang lebih awal sehingga mempercepat terbentuknya embun es di kawasan tinggi seperti Dieng.
Fenomena embun es memang menampilkan keindahan luar biasa di Dataran Tinggi Dieng.
Lapisan kristal es di atas dedaunan menciptakan pemandangan yang menyerupai salju, sehingga banyak wisatawan tertarik untuk datang dan menikmati suasana bak musim dingin di negeri tropis ini.
Dari sisi pariwisata, kemunculan embun upas menjadi daya tarik tersendiri.
Banyak wisatawan yang berburu momen langka ini, bahkan mempersiapkan diri dengan membawa perlengkapan musim dingin seperti jaket tebal, sarung tangan, dan penutup kepala untuk menghadapi suhu dingin ekstrem.
Namun di balik keindahannya, fenomena ini membawa kekhawatiran tersendiri bagi para petani Dieng.
Embun upas dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman, terutama kentang, yang merupakan komoditas pertanian utama di wilayah ini.
Tanaman yang membeku bisa mengalami gagal panen, sehingga berdampak langsung pada ekonomi petani yang menggantungkan hidup dari hasil pertanian.***