SERAYUNEWS – Setiap tahun, umat Islam di seluruh dunia menyambut dua hari raya besar: Idul Fitri dan Idul Adha.
Namun, Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa Idul Adha sering disebut sebagai “lebaran haji”?
Sebutan itu memang khas Indonesia, dan ternyata memiliki makna yang dalam. Mari kita telusuri bersama kisah, makna, dan alasan di balik nama tersebut.
Melansir dari laman resmi Nahdlatul Ulama (NU), Idul Adha memiliki akar sejarah yang kuat dalam kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS.
Dikisahkan, Nabi Ibrahim menerima mimpi sebanyak tiga kali yang menggambarkan perintah Allah untuk menyembelih anaknya sebagai bentuk ujian ketaatan.
Alih-alih mengabaikan mimpi tersebut, Nabi Ibrahim justru memilih untuk merenungkannya dan meminta petunjuk dari Allah.
Ketika akhirnya ia yakin bahwa itu adalah perintah langsung dari Tuhan, ia menyampaikan hal itu kepada Ismail.
Respons Ismail sungguh mengejutkan. Ia menerima keputusan itu dengan penuh kesabaran dan keimanan. Kisah heroik ini tercatat dalam Al-Qur’an, di surat Ash-Shaffat ayat 102.
Setelah melihat keteguhan hati dan keikhlasan keduanya, Allah SWT menggantikan Ismail dengan seekor hewan sembelihan. Peristiwa ini menjadi cikal bakal ibadah kurban yang kita kenal sekarang.
Penyebutan “lebaran haji” pada Idul Adha berkaitan erat dengan waktu pelaksanaannya yang bersamaan dengan puncak ibadah haji di Tanah Suci Mekkah.
Saat umat Islam di Indonesia dan berbagai belahan dunia merayakan Idul Adha dengan shalat ied dan penyembelihan hewan kurban, jutaan jemaah haji di Mekkah sedang melaksanakan wukuf di Padang Arafah.
Mengutip penjelasan dari laman resmi Kementerian Agama RI, istilah “Idul Adha” sendiri berasal dari dua kata: “Id” yang berarti kembali, dan “Adha” yang berasal dari kata “udhiyah” atau kurban.
Dengan demikian, Idul Adha dapat diartikan sebagai hari raya untuk kembali berkurban.
Karena bersamaan dengan puncak prosesi haji—yakni wukuf di Arafah pada 9 Dzulhijjah, bermalam di Muzdalifah, dan penyembelihan kurban di Mina pada 10 Dzulhijjah—Idul Adha pun populer dengan sebutan “lebaran haji”.
Sebutan ini juga mencerminkan bahwa momen tersebut menjadi perayaan besar bagi umat Islam, baik yang sedang berhaji maupun yang merayakan dari tanah air.
Walaupun sama-sama disebut “lebaran”, ada perbedaan mencolok antara Idul Adha dan Idul Fitri. Idul Fitri dirayakan sebagai penutup bulan Ramadan dan menjadi momen saling memaafkan.
Sementara itu, Idul Adha mengajarkan nilai pengorbanan, keikhlasan, dan ketakwaan, dengan meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail.
Jika pada lebaran Idul Fitri kita lebih akrab dengan ketupat dan silaturahmi, maka pada lebaran haji umat Islam disibukkan dengan penyembelihan hewan kurban seperti kambing, sapi, atau domba.
Daging kurban tersebut kemudian dibagikan kepada masyarakat, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
Lebaran haji mengajarkan banyak nilai luhur. Pertama, pentingnya ketaatan kepada Tuhan meski dalam kondisi yang sangat sulit. Kedua, pengorbanan sebagai bentuk keikhlasan dan cinta kepada Sang Pencipta.
Ketiga, semangat berbagi kepada sesama sebagai wujud solidaritas dan kepedulian sosial. Bagi Anda yang belum bisa berangkat haji, Idul Adha tetap menjadi momen spiritual yang berharga.
Ibadah kurban yang dilakukan di tanah air memiliki nilai pahala besar dan merupakan bentuk nyata dari ketaatan serta rasa syukur atas rezeki yang diberikan.
Perlu Anda ketahui, Idul Adha merupakan salah satu dari empat hari besar dalam Islam yang tidak diperbolehkan untuk berpuasa, yakni:
Hari-hari tersebut merupakan momen untuk bersyukur, merayakan kemenangan spiritual, serta mempererat tali silaturahmi antar sesama muslim.
Penutup
Jadi, saat Anda mendengar istilah “lebaran haji”, ketahuilah bahwa itu bukan hanya soal waktu atau ritual.
Ini adalah tentang warisan spiritual yang panjang, tentang ketaatan, pengorbanan, dan kasih sayang.
Momen Idul Adha menjadi pengingat bahwa setiap pengorbanan yang dilakukan dengan ikhlas dan niat karena Allah tidak akan pernah sia-sia.
Selamat menyambut Idul Adha, semoga Anda termasuk golongan yang mampu merayakan hari besar ini dengan penuh makna dan ketulusan.***