SERAYUNEWS- Penerapan sistem penilaian kinerja berbasis digital telah diupayakan oleh pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme dan mutu pendidikan.
Namun dalam implementasinya, berbagai kendala teknis masih sering dirasakan oleh guru dan tenaga kependidikan di berbagai daerah. Berbagai hambatan tersebut perlu dikenali agar sistem dapat disempurnakan dan dimanfaatkan secara optimal.
Melansir berbagai sumber, berikut kami sajikan ulasan selengkapnya mengenai kendala atau gangguan teknis lain apa saja yang dialami ibu/bapak selama menggunakan sistem ini.
Berikut ini merupakan penjabaran lengkap mengenai berbagai kendala yang umumnya dialami saat sistem penilaian kinerja digunakan:
Akses terhadap sistem penilaian digital sering kali terganggu, terutama pada jam-jam sibuk. Beberapa laman tidak dapat dibuka atau dimuat dengan baik karena beban server yang tinggi.
Selain itu, tampilan antarmuka sistem belum dirancang secara optimal, sehingga banyak pengguna merasa kesulitan dalam melakukan navigasi.
Berbagai dokumen seperti laporan, bukti kinerja, dan isian formulir harus dikumpulkan dan diunggah dalam sistem.
Kegiatan administratif ini dirasakan sangat menyita waktu dan energi, terutama bagi guru yang juga harus menyelesaikan tugas mengajar, membuat perangkat ajar, serta melayani kebutuhan peserta didik.
Dalam proses pengisian data, berbagai kesalahan kerap ditemukan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap sistem, minimnya pelatihan, dan belum adanya panduan yang rinci.
Akibatnya, pengisian data dilakukan dengan ragu-ragu dan sering kali harus diulang karena tidak sesuai dengan format yang diharapkan.
Bantuan teknis belum sepenuhnya diberikan secara menyeluruh kepada semua guru. Banyak pengguna sistem yang tidak mendapatkan pelatihan atau bimbingan teknis secara langsung.
Ketika kendala muncul, sering kali tidak ada pusat bantuan yang mudah dihubungi, sehingga kebingungan tidak segera terselesaikan.
Di sejumlah daerah, akses internet belum tersedia secara stabil. Selain itu, tidak semua sekolah memiliki perangkat komputer yang memadai.
Akibatnya, sistem tidak dapat diakses dengan baik, unggahan gagal dilakukan, dan penyimpanan data sering terganggu. Kondisi ini telah menyebabkan frustrasi dan menurunkan efektivitas kerja.
Kriteria penilaian yang digunakan dalam sistem dianggap terlalu umum dan membuka ruang interpretasi berbeda. Dalam beberapa kasus, nilai yang diberikan oleh penilai dirasakan tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
Standar yang tidak seragam telah menimbulkan ketidakpuasan dan perasaan tidak dihargai.
Tekanan dalam mengisi sistem penilaian secara tepat waktu dan sesuai ketentuan telah menimbulkan stres dan kelelahan emosional. Apalagi jika hasil kerja tidak diiringi dengan apresiasi atau umpan balik yang membangun.
Dalam kondisi ini, motivasi kerja pun menjadi menurun dan berdampak pada kualitas pembelajaran.
Sistem penilaian digital sering mendorong penerapan metode pembelajaran yang lebih inovatif. Namun, tidak semua guru telah dibekali dengan pelatihan yang sesuai.
Adaptasi yang terlalu cepat tanpa pendampingan memadai telah membuat banyak guru merasa kesulitan dan cemas gagal memenuhi ekspektasi.
Beberapa data yang telah diinput tidak dapat diubah kembali meskipun terdapat kekeliruan.
Padahal dalam praktiknya, beberapa kegiatan dan target kerja perlu disesuaikan seiring waktu. Ketika sistem tidak memberi fleksibilitas, pengisian pun menjadi tidak efektif dan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
Melihat berbagai kendala tersebut, evaluasi terhadap sistem penilaian kinerja harus segera dilakukan secara menyeluruh.
Diperlukan pendekatan yang lebih inklusif, fleksibel, dan berbasis kebutuhan pengguna agar guru tidak terbebani secara berlebihan.
Selain teknologi, aspek sumber daya manusia dan dukungan psikologis juga perlu diperhatikan.
Dengan disediakannya pelatihan berkelanjutan, bantuan teknis yang mudah diakses, serta apresiasi yang diberikan secara adil, sistem ini akan lebih mudah diterima dan dimanfaatkan secara maksimal oleh guru di seluruh Indonesia.