SERAYUNEWS-Sampai sejauh ini, sejak Liga Champions dengan format anyar di musim 1992-1993, baru dua tim dari Prancis yang menjadi juara. Mereka adalah Marseille dan PSG. Kedua tim itu juga memiliki cerita tentang bintang mereka. Bintang yang ketika pergi, malah si klub juara Liga Champions. Dua bintang beda masa itu adalah Jean Pierre Papin dan Kylian Mbappe.
Mulai dari Jean Pierre Papin. Dia adalah mesin gol Marseille di masanya. Papin lahir tahun 1962. Dia andalan Marseille sejak 1986 sampai 1992.
Dia lima musim menjadi topskor Liga Prancis dari 1987-1988 sampai 1991-1992. Di musim 1989-1989 sampai 1991-1992, Marseille adalah juara Liga Prancis. Singkat kata di masa itu Marseille adalah jawara di Prancis, tapi masih berhasrat jadi juara Liga Champions.
Kemudian musim 1990-1991, Marseille mampu lolos ke Liga Champions yang saat itu masih bernama kejuaraan Eropa. Marseille melawan jagoan Yugoslavia yakni Red Star Belgrade. Kala itu Yugoslavia belum pecah.
Red Star Belgrade kini dikenal dengan nama Crvena Zvezda. Kala itu Marseille tentu ingin menjadi juara karena memiliki Papin yang mematikan. Selain Papin, Marseille memiliki Basile Boli, Abedi Pele, Manuel Amoros. Itu adalah nama-nama terkemuka di masanya.
Red Star berisi pemain yang kelak tersohor di Liga Italia Serie A. Mereka adalah Dejan Savisevic, Sinisa Mihajlovic, Darko Pancev, Vladimir Jugovic.
Secara mengejutkan, Red Star malah menjadi juara karena menang adu penalti atas Marseille. Marseille gagal juara dan Papin pergi ke AC Milan.
Musim 1992-1993, Papin bermain di AC Milan. Suara sumbang bagi Marseille pun muncul. Kira-kira, “bisa apa Marseille tanpa Papin”.
Apalagi pengganti Papin adalah pemain tua yakni Rudi Voeller (33 tahun). Plus Alen Boksic yang masih berusia 23 tahun. Tapi Marseille malah membuktikan kehebatannya tanpa Papin.
Marseille juara Liga Champions pada musim 1992-1993. Apesnya bagi Papin, lawan Marseille di final adalah AC Milan. Papin main untuk AC Milan dan gagal juara.
Pada akhirnya Papin memang merasakan gelar Liga Champions bersama AC Milan pada 1994. Tapi, kala itu Papin tak bermain di final melawan Barcelona. Milan membantai Barcelona 4-0.
Mbappe
Setelah berpuluh-puluh tahun cerita Papin, muncul cerita Kylian Mbappe. Mbappe mulanya adalah andalan Paris Saint-Germain alias PSG. Dia adalah sosok sentral di PSG.
Sama seperti Papin di Marseille, Mbappe di PSG merasakan gelar domestik yang berlimpah. Mbappe merasakan enam gelar Liga Prancis bersama PSG.
Sama seperti Papin yang getol jadi Topskor Liga Prancis, Mbappe juga begitu. Mbappe enam kali jadi Topskor Liga Prancis. Tapi tentu saja yang diharapkan dari Mbappe adalah agar PSG juara Liga Champions.
Mbappe pun pernah membawa PSG ke final Liga Champions pada 2020. Sayangnya, saat itu PSG kalah 0-1 dari Bayern Munchen. Yang lebih menyesakkan bagi PSG, pencetak gol tunggal Munchen adalah eks pemain PSG yakni Kingsley Coman.
Kemudian Mbappe pergi dari PSG. Mbappe bermain di Real Madrid sejak musim 2024-2025. Tentu saja harapannya adalah juara Liga Champions. Apalagi, Real Madrid memang jagoan Liga Champions.
Saat PSG tak lagi ada Mbappe, pertanyaan apakah PSG akan berprestasi, mengemuka. Apakah PSG jadi juara Liga Champions tanpa Mbappe?
Tapi nasib Mbappe seperti Papin. Di musim ketika klub lama ditinggalkan, justru klub lama jadi juara. PSG tanpa Mbappe di musim 2024-2025 mampu menjadi juara Liga Champions dengan membantai Inter Milan. 5-0.
Apakah Mbappe nantinya akan bernasib seperti Papin? Yakni merasakan juara Liga Champions tapi tak main di final? Kita lihat saja nanti.