SERAYUNEWS- Awal Tahun Baru Hijriyah 1447 H menjadi momen penting bagi umat Islam untuk merenung, memperbaiki diri, dan memperkuat hubungan sosial.
Bulan Muharram, sebagai salah satu dari empat bulan mulia dalam Islam, bukan hanya membawa keutamaan ibadah, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai sosial yang mendalam.
Pada khutbah Jumat 11 Juli 2025 ini, para khatib di seluruh penjuru Tanah Air biasanya masih mengangkat tema mengenai Muharram. Salah satu tema yang kami rekomendasikan adalah “Muharram, Bulan Hijrah Menuju Kepedulian Sosial”.
Melansir laman NU Online yang ditulis H. Moh. Zainal Abidin, Khodimul Ma’had Al-Muayyad Surakarta, Wakil Rois Syuriyah PCNU Surakarta, berikut ulasan selengkapnya:
Tema ini penting untuk menggugah kesadaran umat bahwa hijrah tidak hanya bermakna perpindahan fisik seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah, tetapi juga mencakup perubahan mental, spiritual, dan sosial.
Rasulullah ﷺ menyebut Muharram sebagai “Syahrullah” atau bulan Allah, yang menunjukkan betapa agungnya posisi bulan ini dalam Islam. Di antara amal utama yang dianjurkan selama bulan ini adalah:
Rasulullah ﷺ menganjurkan umatnya untuk berpuasa di hari-hari tersebut sebagai bentuk syukur atas keselamatan Nabi Musa AS dan Bani Israil dari kejaran Fir’aun.
Meningkatkan amal ibadah
Seperti memperbanyak dzikir, doa, sedekah, membaca Al-Qur’an, serta melakukan introspeksi diri.
Namun, kemuliaan bulan Muharram tidak hanya terbatas pada ibadah vertikal antara manusia dan Allah. Muharram juga mendorong umat untuk memperkuat hubungan sosial, terutama kepada mereka yang membutuhkan.
Berikut teks Khutbah Jumat Bulan Muharram selengkapnya:
Khutbah I
الْـحَمْدُ لِلّٰهِ، الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ جَعَلَ الشُّهُوْرَ مَوَاسِمَ لِلطَّاعَاتِ، وَخَصَّ مِنْهَا أَشْهُرًا مُبَارَكَاتٍ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْـمُسْلِمُونَ، أُوصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللّٰهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ، قَالَ تَعَالَىٰ: اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌۗ
Jamaah Jumat rahimakumullah, Segala puji dan syukur, marilah senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah Swt, Tuhan semesta alam, yang telah melimpahkan kepada kita nikmat yang tak terhingga.
Shalawat dan salam marilah senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, suri teladan sepanjang zaman. Begitu juga kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi‘in, dan para ulama yang terus meniti jalan risalah dan menebarkan cahaya dakwah hingga hari ini.
Jamaah Jumat rahimakumullah, Khatib berwasiat kepada diri sendiri dan kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan sebenar-benarnya takwa.
Takwa yang diwujudkan dalam sikap istiqamah dalam menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jangan sampai kita wafat dalam keadaan berpaling dari Allah, sebagaimana firman-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102)
Jamaah Jumat rahimakumullah, Pada hari yang mulia ini, kita berkumpul dalam majelis Jum’at di bulan yang juga dimuliakan Allah, yaitu bulan Muharram, bulan pertama dalam tahun Hijriyah, bulan yang disebut oleh Rasulullah ﷺ sebagai Syahrullah al-Muharram, Bulan Allah Muharram.
Dalam kitab Dhiya’ul Budur fi Fadha’ils Syuhur karya ulama nusantara, Surakarta, asy-Syaikh Muhammad Yasin al-Kaumani al-Jawi, menantu dari KH. Manshur Popongan Klaten, menyebutkan bahwa Muharram termasuk dalam al-asyhur al-hurum, yaitu bulan-bulan haram yang dimuliakan oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan menurut Allah ada dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi di antaranya empat bulan haram….”
Bulan-bulan ini bukan sekadar angka di kalender. Ia adalah tanda-tanda kehormatan, di mana kita diperintahkan untuk menghormatinya dengan memperbanyak amal dan meninggalkan segala dosa serta kezaliman.
Jamaah Jumat rahimakumullah, Muharram juga mengandung peristiwa agung: hijrahnya Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah. Hijrah yang bukan sekadar perpindahan tempat, tapi perubahan paradigma, dari keterasingan menuju kejayaan Islam, dari penindasan menuju kebebasan, dari keterpurukan menuju kebangkitan.
Oleh karena itu, setiap datangnya bulan Muharram, kita tidak cukup hanya mengganti kalender atau menyelenggarakan doa awal tahun, tetapi juga harus membarui niat, tekad, dan langkah dalam kehidupan.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ dalam hadis riwayat Muslim:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ
Artinya: “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, yaitu Muharram.” Adapun puncak dari amalan Muharram adalah puasa pada tanggal 10, dikenal sebagai hari Asyura’, yang dapat menghapus dosa setahun lalu, sebagaimana disebut dalam hadits sahih:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Artinya: “Puasa hari Asyura’, aku berharap kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.” Dalam kitab Dhiya’ul Budur juga disebutkan amalan lain yang sangat dianjurkan pada hari Asyura’, di antaranya adalah [1] memberi nafkah lebih pada keluarga, [2] menyantuni anak yatim dan fakir miskin, [3] memperbanyak istighfar dan amal kebajikan, [4] mandi sunnah, berhias, dan bersedekah, [5] membaca surat Al-Ikhlash 1.000 kali, sebagai bentuk dzikir dan harapan akan keselamatan.
Semua itu menunjukkan betapa bulan ini adalah ladang amal dan ladang keberkahan, jika kita mau memanfaatkannya dengan baik.
Jamaah Jumat rahimakumullah, Namun, bulan ini tidak hanya tentang ibadah spiritual individual seperti puasa dan zikir.
Dalam kitab tersebut disebutkan, hari Asyura atau tanggal 10 Muharram kemarin bukan hanya hari dianjurkan untuk berpuasa, tetapi juga hari untuk memperluas nafkah kepada keluarga dan memberi kepada kaum miskin. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ، وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ
Artinya: “Barang siapa melapangkan nafkah kepada keluarganya di hari ‘Āsyūrā’, maka Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun.” (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Mas’ud).
Jika kepada keluarga saja kita dianjurkan untuk memberi lebih, maka bagaimana pula kepada tetangga kita yang kelaparan, fakir miskin yang tidak sanggup membeli beras, atau anak yatim yang bahkan tidak tahu hari itu hari besar?
Jamaah Jumat rahimakumullah, Bulan Muharram mengajarkan kita nilai empati dan solidaritas. Di tengah situasi kesenjangan sosial dan ekonomi yang makin terasa, harga bahan pokok naik, pekerjaan sulit didapat, sebagian masyarakat hidup dalam kemiskinan, maka bulan mulia ini adalah momentum untuk menghidupkan kembali jiwa sosial Islam.
Islam bukan hanya ibadah vertikal, tetapi juga mengasihi sesama, menolong yang lemah, menyantuni yang kekurangan. Rasulullah ﷺ bersabda:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إِلَى جَنْبِهِ
Artinya: “Bukanlah orang yang beriman, seseorang yang kenyang sedangkan tetangganya kelaparan di sampingnya.” (HR. al-Hakim)
Muharram bukan sekadar bulan berpuasa, tapi juga bulan solidaritas sosial. Maka marilah kita berupaya untuk berbagi makanan, menyalurkan zakat atau sedekah untuk anak-anak yatim dan kaum miskin, mengadakan program sosial di kampung, masjid, atau komunitas kita, dan yang paling utama adalah membiasakan peduli di sepanjang tahun, bukan hanya di bulan-bulan tertentu.
Karena keberkahan hijrah tidak akan lengkap tanpa hijrah sosial, dari mementingkan diri menuju kepedulian, dari sikap individualis menuju gotong royong, dari kecukupan pribadi menuju keadilan sosial.
Maka, marilah kita jadikan Muharram ini sebagai momentum hijrah dan perbaikan diri, hijrah dari maksiat ke taat, dari lalai ke sadar, dari benci ke cinta, dari mementingkan diri sendiri menuju kepedulian sosial dengan peduli dan membantu kepada sesama.
بَارَكَ اللّٰهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ لِي وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
الْـحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي أَفَاءَ عَلَيْنَا نِعْمَتَهُ، وَبَصَّرَنَا بِهُدَاهُ، وَجَعَلَ لَنَا فِي السَّنَةِ الْهِجْرِيَّةِ مَوَاعِظَ وَعِبَرًا، لِنُصْلِحَ بِهَا أَنْفُسَنَا وَنَرْتَقِيَ بِهَا إِلَىٰ مَرَاتِبِ التَّقْوَىٰ وَالصَّلَاحِ، نَحْمَدُهُ تَعَالَىٰ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوبُ إِلَيْهِ، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أيــُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ وَافْعَلُوْا اْلخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْا عَنِ السَّيِّأتِ إنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يصَلُّوْنَ عَلى النَّبِيّ يآأيُّهَا الَّذِيْنَ أمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا فَأجِيْبُوْا اللهَ عِبَادَ اللهِ إلى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلىٰ مَنْ بِهِ اللهُ هَدَاكُمْ . اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبارِكْ عَلى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلى ألِه وَصَحْبهِ أجمَعِين وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْن وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأرْحَمَ الرَّاِحمِيْنَ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتْ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتْ اَلْأحْيَاِء ِمنْهُمْ وَاْلأمْوَاتْ، إنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتْ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدْ، اَللّهُمَّ أصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، اَللّهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ، اَللّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينْ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْن. وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا إنْدُوْنِسِيَا هٰذِهِ بَلْدَةً طَيِّبَةً َتجْرِيْ فِيْهَا أحْكَامُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ يَاحَيُّ ياٰقَيُّوْمُ ياإلۤهَنَا وإلۤهَ كُلِّ شَيْءٍ هٰذَا حَالُناَ يَااللهُ لاَيخْفىٰ عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفِتَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، فِي بِلَادِنَا هٰذِهِ وَفِي بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ. وَاجْعَلْ بَلَدَنَا هٰذَا بَلَدًا آمِنًا مُطْمَئِنًّا، سَخَّرْتَ لَهُ الْخَيْرَ وَالرَّحْمَةَ وَالْبَرَكَةَ، وَسَائِرَ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ. رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلِإخْوَاِنَنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَ بِاْلإْيمَانِ وَلَاتَجْعَلْ فى قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ أمَنُوْا رَبنَّاَ إنَّكَ رَءُوْفُ الرَّحِيْمِ عِبَادَ الله، إِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ، وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، فَاذْكُرُوا اللّٰهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللّٰهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Muharram mengajarkan bahwa pergantian waktu bukan hanya soal kalender, tetapi juga tentang perubahan sikap dan kesadaran. Umat Islam diminta untuk menjadikan semangat hijrah sebagai pendorong kepedulian terhadap sesama, memperkuat solidaritas, dan menebar kebaikan di tengah masyarakat.
Dengan menjadikan Muharram sebagai bulan transformasi sosial, kita semua bisa mewujudkan masyarakat yang lebih adil, damai, dan penuh empati, sebagaimana dicontohkan Rasulullah ﷺ dalam kehidupan beliau.