SERAYUNEWS – Terbatas secara fisik tak lantas membatasi kreativitas. Dwi Retno Anggraeni (26), wanita asal Parakancanggah, Banjarnegara, membuktikannya lewat usaha kerajinan alat peraga pendidikan dari kain flanel.
Produk kreasinya bukan hanya digemari warga lokal, tapi juga menembus pasar nasional melalui brand d’Ra Craft.
Meski harus beraktivitas dari atas kursi roda akibat gangguan saraf tulang belakang sejak 2016, Dwi Retno tak pernah menyerah.
Ia justru bangkit dan membangun bisnis kreatif dari rumah yang kini mendatangkan cuan hingga Rp 2 juta per bulan.
“Kami ingin membuktikan, menjadi disabilitas juga bisa berdaya,” ujar Dwi penuh keyakinan.
Setelah lulus SLTA pada 2017, Dwi mulai membuat kerajinan flanel di sela waktu luangnya. Awalnya, ia hanya mencoba membuat buket flanel dan gantungan kunci, lalu memasarkan produk itu lewat media sosial. Ternyata, pasar menyambut antusias. Bahkan, permintaan khusus mulai berdatangan.
“Awalnya iseng, produk awal yang dibuat itu buket flanel dan gantungan kunci, pemasaran melalui sosial media, kemudian ada request dari pelanggan untuk dibuatkan mainan flanel replika sayur dan buah,” katanya.
Dengan semangat, Dwi mulai memproduksi alat peraga pendidikan, hiasan pintu/dinding, boneka, pop-up frame, hampers, hingga aneka buket flanel. Harga produknya pun terjangkau, mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 120 ribuan.
Saat memulai, Dwi sengaja tidak menyebutkan identitasnya sebagai penyandang disabilitas. Ia ingin pembeli membeli karena kualitas produknya, bukan karena kasihan.
“Tapi sekarang saya bisa membuktikan pada diri saya sendiri bahwa produk d’Ra Craft dibeli bukan karena label ‘produk disabilitas’ tapi karena kualitas produk d’Ra craft bisa bersaing dengan produk kerajinan flanel lainnya,” katanya.
Dwi memasarkan produknya melalui media sosial dan marketplace sejak 2020. Semua proses ia kerjakan sendiri, mulai dari desain, produksi, promosi, hingga packing.
Penjualan masih menggunakan sistem pre-order, dengan waktu pengerjaan antara 3 hari hingga seminggu tergantung antrean dan tingkat kesulitan.
“Untuk pengerjaan saya kerjakan sendiri, mulai dari produksi, promosi, hingga packing,” ujarnya.
Produk flanel Dwi telah dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Tak sedikit pula yang memanfaatkannya sebagai media pembelajaran anak usia dini di sekolah PAUD dan TK.
Dwi Retno bukan penyandang disabilitas sejak lahir. Ia mulai mengalami disfungsi gerak setelah mengalami gangguan saraf tulang belakang pada 2016. Kini, keterbatasan fisiknya tak lagi menjadi hambatan, tapi justru batu loncatan menuju keberdayaan.
“Kalau saat ini produknya sudah banyak, mulai alat peraga pendidikan, hiasan pintu/dinding, gantungan kunci, aneka buket, aneka boneka, pop up frame dan juga aneka hampers,” katanya.
Dengan hasil kerja kerasnya, wanita yang tinggal di Jl Letnan Karjono No. 81, Parakancanggah, Banjarnegara ini membuktikan bahwa kursi roda tak membatasi mimpi. Ia kini menjadi panutan bagi banyak penyandang disabilitas yang ingin bangkit dan mandiri.