SERAYUNEWS – Sektor pertanian di Kabupaten Banyumas menghadapi krisis regenerasi. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan-KP) mencatat, saat ini petani muda semakin langka dan sulit mencari buruh tani. Generasi muda pun cenderung enggan terjun ke dunia pertanian.
Kepala Dinpertan-KP Banyumas, Jaka Budi Santosa menyampaikan, bahwa permasalahan utama sektor pertanian saat ini adalah minimnya tenaga kerja muda. Sebagai solusi, pihaknya mendorong transformasi menuju mekanisasi dan digitalisasi.
“Tenaga kerja muda sangat langka,” katanya, usai acara tanam padi serentak di Pesawahan Desa Tambaksari, Kembaran, Rabu (24/04/2025).
Jaka menjelaskan bahwa pemerintah terus mengupayakan pengadaan alat pertanian modern untuk mendukung praktik pertanian berbasis teknologi (smart farming).
“Jadi kita dorong ke arah mekanisasi. Kita bantu pengadaan alat pertanian modern dan mengarah ke Smart Farming. Ini peluang bagi petani muda menjadi petani milenial dengan pendekatan teknologi dan nilai ekonomi tinggi,” kata dia.
Langkah ini bertujuan menarik minat generasi muda agar memandang pertanian sebagai sektor yang potensial dan modern. Bukan lagi pekerjaan tradisional yang stagnan.
Wakil Bupati Banyumas, Dwi Asih Lintarti, menyoroti pentingnya mencari generasi penerus di dunia pertanian terlebih di era modern saat ini.
Ia berharap upaya ini mampu mendorong semangat petani muda di Banyumas maupun di tingkat nasional.
Dwi Asih juga menggarisbawahi perlunya dukungan harga hasil tani dan ketersediaan pasar agar profesi petani lebih menarik bagi generasi muda.
“Kalau harga gabah semakin tinggi, dan hasil tani lainnya juga ada yang menampung, insya Allah akan ada generasi muda yang berminat bertani. Bukan hanya padi, tapi juga buah-buahan, cabai, dan lainnya,” kata dia.
Dengan perpaduan teknologi, mekanisasi, dan dukungan pemerintah, Banyumas menyiapkan sektor pertaniannya untuk menjawab tantangan masa depan. Sekaligus membuka ruang bagi lahirnya petani milenial yang siap bersaing secara global.