SERAYUNEWS- Di era modern saat ini, kemampuan mengelola keuangan bukan lagi sekadar kebutuhan orang dewasa, melainkan keterampilan hidup yang idealnya dimiliki sejak usia dini.
Namun, apakah kita sudah cukup memberi ruang bagi anak-anak untuk belajar soal uang?
Ketika dunia terus berkembang dengan segala tantangannya, penting bagi generasi muda untuk memiliki pemahaman finansial.
Oleh karena itu, mereka mampu mengambil keputusan yang bijak, mandiri secara ekonomi, dan siap menghadapi masa depan.
Literasi finansial pada anak bukan hanya soal uang, tapi tentang membentuk karakter, pola pikir, dan tanggung jawab terhadap kehidupan.
Tahukah kamu? Sebagian besar orang dewasa yang kesulitan mengelola keuangan tidak pernah belajar soal uang sejak kecil.
Padahal, literasi finansial adalah keterampilan hidup yang penting dan seharusnya mulai ditanamkan sejak dini.
Anak-anak yang memiliki pemahaman keuangan sejak kecil cenderung tumbuh menjadi pribadi lebih mandiri, bijak dalam mengelola uang, dan siap menghadapi tantangan ekonomi di masa depan.
Dengan perkembangan zaman yang serba digital, anak-anak kini semakin mudah terpapar gaya hidup konsumtif.
Iklan di media sosial dan akses yang cepat ke marketplace membuat mereka lebih rentan terhadap pemborosan, jika tidak dibekali pemahaman dasar tentang nilai uang.
Mengapa penting mengenalkan literasi finansial sejak dini? Berikut manfaatnya.
Pengetahuan dasar tentang keuangan juga mendorong anak untuk belajar dari kesalahan kecil seperti kehabisan uang jajan terlalu cepat sehingga mereka memiliki pengalaman langsung dalam proses belajar mengatur keuangan.
Sayangnya, pendidikan finansial masih jarang tersentuh baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.
Banyak anak tumbuh tanpa pemahaman dasar tentang cara menabung secara teratur, membedakan antara kebutuhan dan keinginan, dan merencanakan pengeluaran.
Ketiadaan pendidikan ini membuat anak-anak tumbuh dengan pemahaman bahwa uang hanya untuk dibelanjakan. Padahal, uang bisa menjadi alat untuk mencapai tujuan jangka panjang jika dikelola dengan benar.
Dampaknya pun terasa saat mereka dewasa: boros, tidak punya tabungan, hingga terjebak dalam utang atau sulit merencanakan masa depan finansialnya.
1. Mengenalkan konsep menabung lewat celengan, sebagai langkah awal mengenal arti menyisihkan uang.
2. Mengajak anak saat belanja dan menjelaskan perbedaan kebutuhan vs keinginan. Ini juga melatih mereka membuat pilihan.
3. Memberi uang jajan mingguan untuk melatih mereka mengatur sendiri alokasi belanja kecil hingga akhir pekan.
4. Membuka rekening tabungan anak di bank, agar mereka mengenal sistem keuangan nyata sejak dini.
5. Menggunakan permainan edukatif atau buku cerita bertema uang agar proses belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.
Poin penting lainnya adalah konsistensi. Orang tua harus rutin berdiskusi ringan dengan anak mengenai uang dan melibatkan mereka dalam keputusan-keputusan kecil sehari-hari.
Melek finansial membantu anak melakukan ini.
Anak-anak yang terbiasa menyisihkan uang akan memiliki kebiasaan menabung yang kuat, hingga secara jangka panjang bisa mendukung kesejahteraan hidup mereka.
Pendidikan finansial tidak harus diajarkan secara formal atau kompleks. Yang terpenting adalah konsistensi dan kesadaran bahwa ini bagian dari bekal hidup.
Sudah saatnya kita memandang pendidikan keuangan bukan sebagai materi tambahan, tapi sebagai kebutuhan pokok dalam pembentukan karakter anak.
Mendidik anak untuk cerdas finansial bukan soal jumlah uang yang mereka miliki, tapi tentang menanamkan kebiasaan dan nilai sejak dini.
Dari kebiasaan kecil hari ini, akan tumbuh generasi yang lebih bijak, bertanggung jawab, dan mandiri secara ekonomi di masa depan.***