SERAYUNEWS – Fenomena anak usia sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan di Kabupaten Banyumas masih tinggi. Data terbaru mencatat sekitar 13.700 anak tidak sekolah (ATS) tersebar di 27 kecamatan.
Kepala Dinas Pendidikan Banyumas, Joko Wiyono, menegaskan bahwa faktor ekonomi bukan lagi alasan utama anak putus sekolah. Menurutnya, banyak anak memilih bekerja karena merasa lebih praktis dan langsung menghasilkan uang.
“Faktor utama ATS karena anak memang sudah tidak ada motivasi sekolah, karena ada kesibukan lain seperti bekerja dan mencari uang. Mereka merasa sudah punya penghasilan sendiri, jadi berpikir ‘buat apa sekolah’,” kata Joko, Rabu (20/8/2025).
Padahal, lanjutnya, pemerintah sudah menyediakan beragam program penunjang seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Indonesia Pintar (PIP), hingga Banyumas Pintar. Dukungan ini harapannya bisa mengurangi angka putus sekolah.
Jika anak tidak tertarik dengan sekolah formal, Dinas Pendidikan menawarkan jalur alternatif melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).
“Kalau memang tidak minat di sekolah formal, bisa ikut PKBM. Di situ bisa menyesuaikan waktu belajar dengan kegiatan anak,” jelasnya.
Saat ini ada 48 PKBM di Banyumas yang menyediakan program kesetaraan Paket A (setara SD), Paket B (setara SMP), dan Paket C (setara SMA). Seluruh ijazah dari program ini diakui resmi dan nilainya setara sekolah formal.
“Di Banyumas ada 48 PKBM yang melayani program kesetaraan. Ijazahnya setara sekolah formal,” ujar Joko.
Meski PKBM menjadi solusi, Joko menekankan bahwa kunci utama ada pada dukungan keluarga dan lingkungan sosial. Tanpa semangat belajar, akses pendidikan yang tersedia tetap sulit dimanfaatkan.
Ia memperingatkan bahwa jika persoalan ini dibiarkan, konsekuensinya akan sangat serius.
“Pendidikan itu hak setiap anak, dan tugas kita bersama memastikan mereka mendapatkannya, apapun jalurnya,” tegasnya.