SERAYUNEWS – Hari ini, umat Buddha di Indonesia dan dunia memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE/2025 M.
Hari Suci yang menandai tiga peristiwa agung dalam kehidupan Siddhartha Gautama: kelahiran, pencerahan, dan wafatnya.
Momentum ini bukan sekadar perayaan spiritual, melainkan refleksi nilai-nilai universal yang menyentuh seluruh umat manusia: cinta kasih, kebijaksanaan, dan pengendalian diri.
Akademisi UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto, Dr. Muhammad Ash-Shiddiqy dalam keterangannya menyebut, dalam konteks kebangsaan, Waisak menjadi pengingat akan pentingnya toleransi dan keberagaman.
Sebagai negara dengan penduduk beragama paling majemuk, Indonesia menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan ancaman. Semangat Bhinneka Tunggal Ika menjadi fondasi kokoh dalam membangun bangsa yang damai dan inklusif.
Umat Islam, sebagai mayoritas di negeri ini, diajak untuk meneladani Rasulullah SAW yang selalu menjunjung tinggi kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Alquran secara tegas menyatakan, bahwa keberagaman adalah kehendak Tuhan:
“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat ini menegaskan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, tetapi peluang untuk saling memahami dan bekerja sama. Maka, memperkuat moderasi beragama adalah jalan strategis menjaga harmoni sosial dan keutuhan bangsa.
Waisak tahun ini kembali dipusatkan di Candi Borobudur, Magelang, mahakarya arsitektur warisan dunia yang diakui UNESCO.
Lebih dari sekadar situs arkeologis, Borobudur menjadi magnet spiritual umat Buddha dari berbagai penjuru dunia – mulai dari Thailand, Myanmar, Sri Lanka, hingga Jepang.
Yang menarik, perayaan agung ini berlangsung di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas Muslim. Namun, justru dari sanalah kita menyaksikan praktik toleransi yang hidup.
Setiap tahun, para bhikkhu yang menempuh perjalanan ribuan kilometer dalam ritual Thudong disambut dengan tangan terbuka oleh warga, bahkan oleh para takmir masjid yang menyediakan tempat beristirahat dan makanan.
Pemandangan seperti ini menjadi bukti nyata bahwa toleransi bukan sekadar wacana, tetapi tindakan konkret yang berakar dari nilai-nilai luhur masyarakat Indonesia.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama, menjadikan moderasi beragama sebagai program prioritas nasional.
Gagasan menjadikan Borobudur sebagai rumah ibadah umat Buddha dunia adalah bukti nyata pengakuan negara terhadap hak-hak keagamaan setiap warga negara.
Penting disadari, meski ajaran Buddha tidak mengenal konsep Tuhan seperti dalam agama Samawi, nilai-nilai moral yang dijunjung sangat relevan dengan prinsip Islam.
Konsep karma dalam Buddhisme sejalan dengan ajaran Islam tentang amal dan balasan. Bahkan, pepatah Buddha, “Menyalakan pelita untuk orang lain akan menerangi jalanmu sendiri.”
Dalam Alquran, Allah juga berfirman: “Tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” (QS. Al-Ma’idah: 2)
Indonesia, sebagai negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, memikul tanggung jawab moral untuk memperlihatkan wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin – Islam yang membawa rahmat, bukan permusuhan.
Sejarah mencatat bahwa Islam tumbuh subur berdampingan dengan agama dan budaya lokal. Seperti pada era Kesultanan Utsmani, keberagaman menjadi fondasi kemajuan peradaban.
Begitu pula dengan Borobudur yang dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra. Meski sempat terkubur abu vulkanik selama ratusan tahun, situs ini tetap dihormati dan dijaga, bahkan oleh umat Muslim yang kini mayoritas di negeri ini.
Namun, sejarah juga menyimpan luka: insiden teror bom di Borobudur tahun 1985 menjadi alarm keras akan bahaya ekstremisme atas nama agama.
Oleh sebab itu, membumikan narasi moderasi dan toleransi bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga seluruh elemen bangsa – dari tokoh agama, akademisi, hingga media massa.
Perayaan Waisak bukan hanya milik umat Buddha, melainkan momentum kebangsaan untuk kita semua. Ini saat yang tepat untuk memperkuat tali persaudaraan, memupuk gotong royong lintas iman, dan melestarikan warisan budaya bangsa dengan sepenuh hati.
Selamat Hari Raya Waisak 2569 BE / 2025 M. Semoga cahaya kebijaksanaan menyinari langkah kita menuju Indonesia yang damai, rukun, dan beradab.