SERAYUNEWS-Salah satu media utama yang digunakan untuk mencatat dan memberikan edukasi mengenai kesehatan ibu dan anak adalah Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku KIA berisi informasi dan catatan Kesehatan yang komprehensif mulai dari ibu hamil sampai anak berusia 6 tahun.
Pemanfaatan buku KIA untuk informasi tumbuh kembang pada anak umur 0-59 bulan oleh orangtua/keluarga masih 74,4% (SKI, 2023). Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan ibu dan keluarga tentang pentingnya melakukan langkah-langkah pencegahan, pemantauan dan deteksi dini untuk kesehatan ibu dan anak. Masalah lainnya adalah ibu dan tenaga kesehatan seringkali tidak mencatat data kesehatan ibu dan anak dengan lengkap, sehingga perkembangannya tidak terpantau dan masalah kesehatan yang timbul tidak dapat terdeteksi dan tertangani dengan cepat.
Buku KIA sebagai satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan bayi, balita, imunisasi, gizi dan tumbuh kembang sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No. 284/Menkes/SK/III/2004 tentang Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta sesuai Nota Kesepahaman antara Mendagri, Menlu, Menteri Hukum dan HAM, Menkes, Mendikbud, Mensos, Menag, Menteri PP dan PA tentang Percepatan Kepemilikan Akta Kelahiran Tahun 2015 dalam Rangka Perlindungan Anak.
Berdasarkan masukan dari berbagai pihak, benchmarking dari best practice beberapa negara dan hasil riset lapangan terdapat poin-poin perbaikan untuk buku KIA revisi 2024. Diantaranya (1) Edukasi dan pencatatan mandiri dalam satu bagian yang sama, sesuai kelompok umur dan berurutan, (2) Keterkaitan konten yang satu dengan yang lain beserta urutannya, (3) Bahasa dibuat lebih sederhana sehingga mudah dimengerti oleh ibu, keluarga dan kader, menghindari istilah-istilah medis yang sulit, (4) Pesan kunci yang jelas pada topik-topik prioritas di setiap kelompok umur, (5) Dalam bagian pencatatan, ada instruksi yang jelas mengenai siapa yang mengisi dan bagaimana cara mengisinya, (6) Bagian grafik harus dilengkapi penjelasan dalam kalimat sederhana yang dimengerti ibu dan keluarga: apa artinya, tanda bahaya yang harus diwaspadai, dan apa yang harus dilakukan ibu jika ada tanda bahaya, (7) Penambahan edukasi: manfaat IMD, Kesehatan mental ibu hamil, (8) Gambar dibuat lebih menarik dan up to date, (9) Ada penanda visual yang jelas antara bagian untuk nakes dan bagian untuk ibu, (10) Kolom tabel dibuat lebih besar sehingga lebih mudah diisi, (11) Penambahan link dan QR code untuk materi tambahan yang dapat memperkaya pengetahuan dan menarik bagi ibu seperti video dan resep MPASI.
Buku KIA revisi 2024 yang lebih user friendly, diharapkan dapat digunakan secara optimal oleh kader, Guru PAUD/TK/RA, ibu dan keluarga dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan balita. Peran kader dalam pemanfaatan Buku KIA diantaranya (1) Membantu ibu dan keluarga untuk memahami isi dan cara penggunaan Buku KIA, (2) Mengingatkan ibu dan keluarga untuk datang ke Posyandu dan Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pemantauan tumbuh kembang, (3) Mengingatkan ibu dan keluarga untuk selalu membawa Buku KIA, Ketika berkunjung ke Posyandu, Kelas Ibu Hamil, Kelas Ibu Balita, Puskesmas, Rumah Sakit, dan fasilitas Kesehatan lainnya. Peran Guru PAUD/TK/RA diantaranya (1) Memastikan peserta didik memiliki Buku KIA, (2) Memantau pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, (3) Mengkomunikasikan hasil pemantauan kepada Puskesmas setempat, (4) Mengintegrasikan pelaksanaan parenting class dengan Kelas Ibu Balita, (5) Membiasakan perilaku kebersihan, kesehatan, dan makanan gizi seimbang. Peran ibu dan keluarga adalah (1) Membaca dan memahami isi Buku KIA, (2) Memperhatikan dan mengisi pemantauan kesehatan secara mandiri pada bagian yang berwarna kuning, (3) Datang ke Posyandu dan Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta pemantauan tumbuh kembang, sedangkan (4) Ayah turut mendukung ibu dalam memahami dan melakukan hal-hal dalam Buku KIA.
Ibu dapat memberi tanda centang (√) pada kolom Ya/Tidak yaitu pada bagian perawatan bayi usia 29 hari-3 bulan, 3-6 bulan, 6-9 bulan, 9-12 bulan, 12-24 bulan, 12-18 bulan, 18-24 bulan, 2-3 tahun, 3-4 tahun, 4-5 tahun, 5-6 tahun. Apabila anak belum bisa melakukan salah satu dari hal yang ada di pertanyaan sesuai rentang usia maka segeralah membawa ke Puskesmas.
Pemantauan tumbuh kembang anak bertujuan untuk memastikan si kecil tumbuh dan berkembang optimal dan untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Buku KIA Revisi 2024 memiliki beberapa perubahan dengan sebelumnya, yaitu tabel dan grafik yang terdapat dalam Buku KIA mencatat setiap pemeriksaan yang dilakukan, baik oleh kader maupun tenaga kesehatan, disertai dengan edukasi tentang hal-hal yang dipantau di bagian depan. Demi mewujudkan anak yang sehat, maka pastikan semua pencatatan dilakukan dengan cermat.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan diisi Lengkap (L) atau tidak Lengkap (TL) berdasarkan hasil pemantauan dengan cara mengisi ceklis pada Buku KIA oleh orangtua/kader/guru PAUD.
Terdapat KMS anak laki-laki dan perempuan yang memiliki fungsi: sebagai alat untuk pemantauan pertumbuhan balita. Sebagai catatan pelayanan kesehatan balita terutama penimbangan berat badan, pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan, kejadian sakit, dll., juga sebagai alat edukasi.
Prodi Kebidanan Purwokerto Program Diploma Tiga Poltekkes Kemenkes Semarang merupakan salah satu pendidikan tinggi yang dapat memberikan kontribusi Tridharma Perguruan Tinggi salah satunya melalui Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilaksanakan pada hari kamis, 24 Juli 2025 di Aula Balai Desa Karangtengah, Kecamatan Baturraden Kabupaten Banyumas dengan sasaran Kader Posyandu berjumlah 30 orang dengan judul Pengabdian Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Edukasi Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita Melalui Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak.
Berbekal Buku KIA kader memberikan pendampingan edukasi kepada orangtua untuk memberikan stimulasi perkembangan. Dengan semangat kolaborasi dan kebermanfaatan, hal ini sebagai pembuka jalan bagi pemberdayaan masyarakat menuju masa depan yang lebih mandiri, sejahtera, dan berkelanjutan.
Artikel ini ditulis oleh: Wanodya Hapsari, S.ST,.M.Tr.Keb,.Bdn dan Diki Retno Yuliani, S.ST,.M.Tr.Keb (Dosen Prodi Kebidanan Purwokerto Program Diploma Tiga, Potekkes Kemenkes Semarang)