SERAYUNEWS- Auditorium UIN Saizu Purwokerto menjadi saksi semaraknya pagelaran seni Jaka Tarub mahasiswa Kelas A, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI).
Pertunjukan berlangsung pada Kamis, 12 Juni 2025 mulai pukul 14.30 WIB ini berhasil menghipnotis penonton lewat perpaduan apik antara drama, tari, musik tradisional, dan kekayaan budaya lokal Banyumas.
Pagelaran ini mengangkat kisah rakyat legendaris Jaka Tarub dan Nawang Wulan, cerita klasik Jawa yang sarat makna.
Dalam versi yang mahasiswa PGMI bawakan, kisah tersebut mereka olah ulang dengan pendekatan lokalitas dan musikalitas khas Banyumasan.
Hal ini menghadirkan atmosfer panggung yang mistis namun tetap menyentuh sisi emosional penonton.
Jaka Tarub adalah seorang pemuda tampan yang tinggal di sebuah desa. Suatu hari, ia pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar dan secara tidak sengaja menemukan tujuh bidadari sedang mandi di sebuah telaga.
Ia kemudian mencuri salah satu selendang bidadari tersebut yang ternyata milik Nawang Wulan agar ia tidak bisa kembali ke kahyangan.
Tanpa selendangnya, Nawang Wulan terpaksa tinggal di bumi. Jaka Tarub lalu berpura-pura menolong dan akhirnya meminangnya menjadi istri.
Mereka hidup bahagia dan dikaruniai seorang anak. Nawang Wulan memiliki keistimewaan: ia bisa memasak hanya dengan satu butir padi untuk menghasilkan sepanci penuh nasi.
Namun, karena rasa penasaran, Jaka Tarub membongkar rahasia dapurnya. Akibat pelanggaran tersebut, kekuatan Nawang Wulan hilang, dan ia harus memasak seperti manusia biasa.
Suatu hari, ia menemukan kembali selendangnya yang selama ini disembunyikan Jaka Tarub. Dengan hati hancur karena dikhianati, Nawang Wulan akhirnya memutuskan kembali ke kahyangan, meninggalkan suami dan anak tercinta.
Kisah ini mengandung pesan moral tentang kejujuran, cinta, keserakahan, dan konsekuensi dari tindakan manusia.
Mahasiswa PGMI menyajikan cerita ini dengan kemasan budaya Banyumas, lengkap dengan iringan gamelan, tarian tradisional, serta kostum dan dialog berbahasa ngapak yang memperkuat nuansa lokal.
Pementasan ini merupakan proyek tugas akhir dari mata kuliah Seni Budaya dan Keterampilan, yang digarap selama lebih dari tiga bulan.
“Semuanya mulai dari nol. Mahasiswa merancang naskah, membagi peran, membuat properti, hingga menjalani latihan intensif. Proses ini menumbuhkan kreativitas dan kolaborasi yang luar biasa,” jelas Dosen Pengampu, Dr. Fajry Sub’haan Syah Sinaga.
Sutradara pertunjukan, Mukodimah Alutfiah Rifai, mengarahkan jalannya produksi dengan memperkuat pendekatan lokal dan musikal.
Salah satu keistimewaan pagelaran ini adalah penggunaan tembang Bocah Banyumasan karya maestro lokal, Fadjar Sopsan.
Lagu-lagu tersebut tidak hanya memperkaya suasana, tetapi juga memperdalam emosi cerita dan menegaskan identitas budaya Banyumas.
Alma, salah satu penonton yang hadir, mengaku sangat tersentuh dengan penampilan para pemain.
“Pementasannya menyentuh banget. Semua pemain tampil dengan totalitas, suaranya merdu, ekspresinya hidup. Saya benar-benar menikmati setiap momennya,” ujarnya dengan antusias.
Pagelaran Jaka Tarub bukan hanya ajang pertunjukan seni, tetapi juga menjadi media pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan unsur pendidikan karakter, kearifan lokal, serta pelestarian budaya daerah.
Melalui pentas ini, Prodi PGMI UIN Saizu menunjukkan komitmennya dalam membentuk calon pendidik yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan budaya dan kemampuan artistik.
Keberhasilan pertunjukan ini menegaskan bahwa Prodi PGMI mampu menjadi laboratorium kreatif bagi mahasiswa.
Seni tidak dipandang sekadar hiburan, melainkan sebagai bagian dari pembelajaran yang menyeluruh mengasah kecerdasan emosional, keterampilan kolaboratif, serta kesadaran akan nilai-nilai budaya bangsa.