SERAYUNEWS – Hari Buruh Internasional 2025 menjadi momen refleksi yang emosional, terutama di tengah kondisi ekonomi yang belum stabil.
Salah satu kejadian yang menyita perhatian publik adalah pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di Kompas TV.
Kejadian ini menjadi sorotan setelah video presenter Gita Maharkesri menangis saat membawakan siaran terakhirnya viral di media sosial.
Tangisan Gita Maharkesri menjadi simbol pilu dari dampak nyata yang dirasakan pekerja media saat ini. Dalam siaran penutup program Kompas Sport Pagi, yang telah menemani pemirsa selama hampir 12 tahun, Gita tak kuasa membendung air matanya.
Suaranya bergetar saat menyampaikan salam perpisahan kepada penonton setia, sambil menegaskan bahwa ini adalah akhir dari perjalanan panjang program tersebut.
“Tak terasa inilah akhir perjalanan panjang Kompas Sport Pagi selama hampir 12 tahun. Kami hadir menemani Anda dengan berbagai macam berita olahraga, baik dari dalam maupun luar negeri, serta kabar inspiratif dari atlet kebanggaan Indonesia dan dunia,” ujar Gita dengan suara bergetar.
Berdasarkan informasi yang beredar, penyebab utama layoff di Kompas TV adalah efisiensi dan restrukturisasi perusahaan.
Dalam menghadapi tekanan ekonomi dan dinamika industri media yang berubah cepat, Kompas TV harus melakukan penyesuaian besar-besaran. Tren digitalisasi dan pergeseran kebiasaan menonton ke platform daring menjadi tantangan utama bagi televisi konvensional.
Penurunan pendapatan iklan juga disebut menjadi faktor pemicu langkah efisiensi ini. Banyak perusahaan media di Indonesia kini menghadapi realitas baru di mana iklan lebih banyak tersedot ke platform digital dan media sosial.
Akibatnya, keberlanjutan beberapa program televisi tradisional menjadi tidak lagi efisien dari sisi bisnis.
Program Kompas Sport Pagi sendiri merupakan salah satu tayangan unggulan, namun dalam kondisi perusahaan yang menuntut efisiensi maksimal, bahkan program lama pun tak luput dari pemangkasan.
Layoff adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana perusahaan memutus hubungan kerja (PHK) dengan karyawannya karena alasan-alasan non-personal, seperti efisiensi biaya, restrukturisasi, atau kondisi keuangan perusahaan yang menurun.
Berbeda dengan pemecatan karena pelanggaran, layoff bukan disebabkan oleh kesalahan pekerja, melainkan karena situasi yang memaksa perusahaan untuk mengurangi jumlah tenaga kerja.
Dalam konteks Kompas TV, layoff terjadi sebagai bagian dari restrukturisasi internal dan penyesuaian bisnis di tengah tantangan berat industri media.
Perubahan perilaku konsumen yang kini lebih memilih media digital, ditambah dengan penurunan pendapatan iklan di televisi konvensional, menjadi alasan utama perusahaan melakukan efisiensi.
Akibat dari kebijakan ini, sejumlah karyawan termasuk Gita Maharkesri, salah satu presenter senior Kompas TV, harus mengakhiri perjalanan panjangnya di perusahaan. Gita diketahui telah bekerja selama 12 tahun, dan selama itu pula ia membawakan program Kompas Sport Pagi.
Layoff adalah langkah yang berat, baik bagi perusahaan maupun karyawan. Meskipun kerap dianggap solusi efisien dalam jangka pendek, dampaknya sangat besar bagi para pekerja, termasuk kehilangan sumber penghasilan, identitas profesi, hingga trauma emosional.
Oleh karena itu, proses layoff idealnya disertai dengan komunikasi yang terbuka, pesangon yang layak, dan dukungan transisi karier.
Gelombang PHK massal di Kompas TV bukan kasus tunggal di industri media Indonesia. Di era digital ini, hampir semua media baik televisi, radio, maupun cetak dituntut bertransformasi atau menghadapi ancaman tutup.
Perubahan pola konsumsi berita ke arah digital-first menjadikan keberlangsungan program-program tradisional semakin sulit dipertahankan.
Momen viral tangisan presenter Kompas TV ini menyentuh hati banyak orang dan menjadi pengingat bahwa di balik setiap PHK, ada manusia yang kehilangan mata pencaharian.
Dalam konteks Hari Buruh Internasional, kejadian ini menegaskan pentingnya perlindungan kerja, dukungan untuk pekerja media, serta adaptasi industri yang tidak melupakan aspek kemanusiaan.
Layoff yang terjadi di Kompas TV adalah cerminan dari tantangan besar industri media saat ini. Bukan hanya soal bisnis, tapi juga soal bagaimana industri ini harus berbenah untuk tetap relevan di era digital.
Tangisan Gita Maharkesri di layar kaca menjadi simbol bahwa perubahan ini menyakitkan, terutama bagi mereka yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menyampaikan informasi kepada publik.
***