SERAYUNEWS-Buku KIA merupakan media komunikasi, informasi dan edukasi yang utama dan pertama digunakan untuk meningkatkan pemahaman ibu, suami, keluarga tentang perawatan kesehatan ibu hamil sampai anak usia 6 tahun. Penggunaan buku KIA merupakan strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga untuk memelihara kesehatan dan upaya mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan sesuai standar.
Kader merupakan penggerak masyarakat untuk sadar akan Kesehatan Ibu dan Anak, dalam pemanfaatan buku KIA, kader berperan penting untuk memberikan pendidikan kesehatan ibu dengan media buku KIA, mencatatkan hasil pemantauan dan sebagai penghubung masyarakat dengan tenaga kesehatan jika ibu maupun keluarga mengalami kesulitan dalam memahami buku KIA ataupun mengalami masalah kesehatan lain. Salah satu cara yang digunakan untuk menyiapkan kader dalam memberikan pendidikan kesehatan pada ibu hamil yaitu dengan memberikan pengetahuan yang cukup kepada kader tentang manfaat buku KIA.
Prodi Kebidanan Purwokerto Program Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang rutin mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat setiap tahun sebagai salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian kepada masyarakat adalah kegiatan civitas akademika yang memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pada tahun 2025 ini, pengabdian masyarakat dilakukan di Desa Karangtengah, kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas dengan memberikan edukasi kepada 40 kader posyandu tentang peran Kader dalam pemanfaatan buku KIA pada masa nifas. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kader posyandu dalam menggunakan buku KIA pada masa nifas.
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Para kader masyarakat sebaiknya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan untuk membaca, menulis dan menghitung sederhana. Kader seyogyanya dapat membantu pemerintah daerah setempat dalam hal ini Bidan desa dan masyarakat setempat untuk membangun kesehatan masyarakat.
Dalam pemanfaatan buku KIA pada masa nifas, kader dapat berperan menjelaskan isi dan penggunaan buku KIA kepada ibu/keluarga, mengecek pemahaman ibu dengan mencentang kotak pada lembar informasi kesehatan dan mengecek kelengkapan pelayanan Kesehatan ibu.
Masa nifas berlangsung sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Pada masa ini seorang ibu nifas diminta untuk memantau kondisi kesehatannya secara mandiri, mengenali tanda bahaya yang terjadi pada dirinya, merencanakan keluarga berencana yang akan dipakainya, serta memastikan proses menyusui bayinya berjalan dengan baik.
Dalam periode ini, kader diharapkan dapat membantu Bidan untuk memantau apakah ibu nifas sudah melakukan kunjungan/kontrol sebanyak 4 kali sesuai anjuran pemerintah? Apakah ibu nifas sudah mendokumentasikan kesehatannya pada lembar pemantauan ibu nifas? Di sinilah peran kader untuk memantau, apakah ibu nifas udah mencatat kondisi kesehatannya secara rutin setiap hari sampai masa nifas selesai. Kader juga diminta untuk memantau dan memotivasi ibu nifas untuk menggunakan KB pasca persalinan untuk menjarangkan kehamilannya, serta memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik.
Pemahaman kader akan tugas-tugas yang harus dikerjakan selama mendampingi ibu pada masa nifas diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kader. Pengetahuan kader yang cukup diharapkan akan membantu Bidan desa dalam memantau kondisi kesehatan ibu nifas di wilayah kerjanya dengan baik.
* Artikel kesehatan ini ditulis oleh dua dosen Poltekkes Kemenkes Semarang yakni Septerina P.W., S.ST., Bdn.,M.Kes, dan Fajaria Nur Aini, S.ST., Bdn.,M.Tr.Keb