SERAYUNEWS – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), untuk pertama kalinya ikut dalam prosesi ruwatan rambut gimbal di gelaran Dieng Culture Festival (DCF) XV 2025.
Ritual berlangsung Minggu (24/8/2025) di kompleks Candi Arjuna, Dataran Tinggi Dieng, Banjarnegara.
AHY mengaku pengalaman memotong rambut gimbal anak Dieng menjadi momen istimewa yang sulit ia lupakan.
“Ini kali pertama saya, ada sensasi tersendiri saat memotong rambut gimbal di Dieng ini, dan biasanya yang pertama ini tidak bisa dilupakan,” kata AHY.
Menurutnya, prosesi potong rambut gimbal bukan sekadar ritual, tetapi mengandung nilai sakral yang melambangkan pelepasan hal-hal buruk. Selain itu juga doa agar anak-anak tumbuh dengan karakter, kepribadian, dan cinta pada bangsa.
“Tradisi pemotongan rambut gimbal ini sebagai simbol pelepasan hal-hal yang kurang baik serta harapan agar anak-anak tumbuh dengan baik,” tambahnya.
Selain nilai sakral, AHY menilai DCF memiliki daya tarik budaya sekaligus wisata. Keunikan tradisi, perpaduan dengan alam yang indah, serta antusiasme ribuan masyarakat dan wisatawan domestik maupun mancanegara menjadikan festival ini salah satu agenda budaya penting Nusantara.
“Prosesi budaya yang baik untuk terus dirawat, karena Nusantara ini kaya dengan berbagai budaya,” ujarnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menyebut pemerintah provinsi sudah mengusulkan tradisi rambut gimbal Dieng ke UNESCO agar diakui sebagai warisan budaya dunia, seperti halnya Candi Borobudur.
“Tradisi ini unik dan harus kita tingkatkan untuk dapat menarik perhatian dunia. Sehingga akan lebih menarik wisatawan asing untuk datang ke Dieng, dan ini sesuai dengan arahan Bapak Menteri untuk menjadikan ritual rambut gimbal Dieng ini sebagai destinasi wisata internasional,” kata Luthfi.
Ritual potong rambut gimbal menjadi puncak DCF XV Tahun 2025, dengan delapan anak berambut gimbal yang ikut serta.
Dalam prosesi sakral tersebut, AHY dan Gubernur Ahmad Luthfi secara simbolis mencukur rambut seorang anak, menandai dukungan pemerintah terhadap pelestarian budaya lokal.