Cilacap, serayunews.com
Kepala Dinas Arpusda Kabupaten Cilacap Achmad Fauzi mengatakan, meskipun zaman telah merambah ke dunia digital, masih butuh kedekatan dengan masyarakat untuk menumbuhkan literasi. Terutama anak sekolah yang sulit menjangkau tempat perpustakaan.
Fauzi mengatakan, sejumlah program telah berjalan baik dalam bentuk perpustakaan digital maupun konvensional. Seperti program floating library yakni mendekatkan perpustakaan kepada anak di wilayah pinggiran segara anakan misalnya Kampung Laut dan Kutawaru.
“Floating library kita menyasar masyarakat dan anak sekolah di wilayah Kampung Laut dan Kutawaru, buku-buku kita bawa menggunakan perahu. Ini upaya kita menumbuhkan minat baca mereka karena akses ke kota dan perpustakaan terbatas dengan perahu,” ujar Fauzi, Selasa (21/2/2023).
Baca juga: [insert page=’ini-rangkaian-kegiatan-hut-kabupaten-cilacap-ke-167-banyak-mengusung-seni-budaya-tradisional’ display=’link’ inline]
Selain itu, lanjut Fauzi, pihaknya juga melaksanakan pelayanan silang dengan kerjasama lembaga pemasyarakatan di Cilacap dan Nusakambangan. Caranya, berupa peminjaman buku secara berkala.
“Kegiatan pelayanan silang, kerjasama dengan lapas. Layanan ini berupa peminjaman buku dalam tempo waktu misalnya satu tahun atau beberapa bulan,” terangnya.
Keberadaan perpustakaan di Cilacap masih memprihatinkan. Keberpihakan terhadap keberadaan perpustakaan masih kurang, misalnya perputakaan di desa dan sekolah.
Seperti data yang dia himpun, di tingkat sekolah dasar saja, dari 972 SD Negeri baru 391 sekolah yang memiliki perpustakaan. Enam 61 SD Swasta baru 8 yang memiliki, serta baru sekitar 40 sekolah yang perpustakaannya terakreditasi.
Fauzi menambahkan, untuk perpustakaan daerah Cilacap saat ini memiliki koleksi sebanyak 34.000 dengan jumlah 55.000 eksemplar. Pengadaan buku setiap tahun masih kurang dari ideal.
“Pengadaan setiap tahun masih kurang. Menurut standar nasional pengadaan buku 2500 rupiah perkapita. Kalau jumlah penduduk 1,9 juta hampir 5 miliar untuk pengadaan buku, namun kita keterbatasan APBD,” ujarnya.
Ke depan, pihaknya berupaya mengadakan program anggota perpustakaan ngelink dengan NIK (nomor induk kependudukan). Masyarakat yang menjadi anggota bisa mengakses perpustakaan nasional sehingga banyak rujukan literasinya karena lingkupnya nasional.
Sedangkan untuk mengoptimalkan peran perpustakaan desa, pihaknya juga memotivasinya dengan mengadakan lomba perpustakaan desa.
“Meski hadiahnya tidak besar, tapi itu bentuk apresiasi dan mendorong mereka lebih semangat mengelola perpustakaan,” tandasnya.