SERAYUNEWS – Beberapa hari terakhir, nama KH Aceng Abdul Mujib mendadak ramai dibicarakan publik. Lantas, bagaimana profil sosok tersebut?
Sosok yang selama ini dikenal sebagai ulama di Garut tersebut menjadi sorotan, usai video yang memperlihatkan dirinya melontarkan kritik keras terhadap Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, beredar luas.
Dalam video tersebut, KH Aceng tak segan menyebut Dedi Mulyadi dengan kata-kata pedas seperti “gubernur tolol”, “bloo*n”, dan “kurang ajar”.
Pernyataan tersebut sontak memicu gelombang perdebatan, dari yang membela hingga yang mengecam gaya komunikasi beliau sebagai seorang tokoh agama.
Kontroversi bermula dari potongan video pendek yang beredar di TikTok dan media sosial lainnya pada pertengahan Juni 2025.
Dalam video itu, KH Aceng menanggapi pernyataan Gubernur Dedi Mulyadi yang dianggap menyudutkan pesantren karena disebut “ikut politik”. Dengan nada tinggi, ia menanggapi:
“Lamun aya gubernur nyebutkeun pesantren asup politik, saya simpulkan gubernur tolol! Itu saya simpulkan gubernur bloon, dan itu saya gambarkan gubernur kurang ajar. Aing ngomong kieu teh tanggung jawab jeung gelutna.”
Ucapan ini memantik reaksi luas. Sebagian netizen menyayangkan gaya bicara KH Aceng yang dinilai tidak mencerminkan sikap bijak seorang ulama.
Namun, ada pula yang membelanya dengan dalih bahwa beliau sedang memperjuangkan marwah pesantren yang dinilai dilecehkan.
KH Aceng Abdul Mujib, atau akrab disapa Ceng Mujib, merupakan tokoh penting dalam dunia keagamaan di Kabupaten Garut.
Ia menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Garut dan dikenal luas sebagai pimpinan Pondok Pesantren Fauzan yang berlokasi di Kecamatan Sukaresmi.
Sebagai tokoh lokal, kiprah Ceng Mujib tak bisa dianggap remeh. Ia disebut-sebut memiliki jaringan kuat di kalangan santri, tokoh masyarakat, hingga pejabat daerah.
Bahkan, sebagian masyarakat Garut pernah menjuluki dirinya sebagai “Dewa” — bukan dalam arti harfiah, melainkan sebagai penghormatan atas peran dan kontribusinya terhadap pesantren dan masyarakat.
KH Aceng dikenal aktif dalam berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan.
Ia pernah menjadi bagian dari SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) di Garut dan mendirikan Barisan Nusantara Pembela Merah Putih (BNP), sebuah organisasi yang bertujuan menolak ideologi radikal seperti NII.
Tak hanya itu, ia juga memimpin ALMAGARI (Aliansi Masyarakat Garut Anti Radikalisme dan Intoleransi), menandakan sikapnya yang tegas terhadap ancaman ekstremisme di wilayahnya.
Pernyataan keras KH Aceng tidak datang tiba-tiba. Sejumlah laporan menyebutkan ada ketegangan antara beberapa pihak pesantren di Garut dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait penghentian dana hibah.
KH Aceng, melalui jabatannya di pesantren dan MUI, diduga merasa geram karena pesantren yang dipimpinnya termasuk yang terdampak oleh kebijakan tersebut.
Ada anggapan bahwa penghentian dana hibah itu bukan hanya soal anggaran, tetapi juga terkait dengan persepsi negatif terhadap pesantren yang dianggap “berpolitik”.
Beberapa tokoh dari Garut Selatan pun menyebut kebijakan penghentian hibah dari Pemprov Jabar di era Dedi Mulyadi cukup memukul pesantren kecil yang menggantungkan kelangsungan operasionalnya pada bantuan pemerintah.
Efek viral dari video tersebut membuat publik penasaran. Banyak warganet kemudian memburu akun Instagram milik KH Aceng Abdul Mujib.
Hal tersebut untuk mencari klarifikasi langsung maupun hanya sekadar mengintip aktivitas sang ulama di media sosial.***