SERAYUNEWS– Suasana meriah mewarnai Lapangan Desa Karangjati, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap, Sabtu (12/7/2025). Ribuan warga tumpah ruah mengikuti tradisi tahunan Grebeg Suran dan Tasyakuran Bumi, dengan puncak acara berupa rebutan delapan gunungan hasil bumi yang diarak keliling desa.
Delapan gunungan tersebut berisi aneka hasil pertanian seperti sayur-mayur, buah-buahan, bahkan uang tunai yang sengaja diselipkan sebagai bentuk simbol berkah.
Sebelum diperebutkan, gunungan diarak oleh warga dari berbagai dusun. Mulai anak-anak, pemuda, hingga orang tua turut berpartisipasi, menandai betapa kuatnya semangat kebersamaan masyarakat Karangjati dalam merawat tradisi leluhur.
Kepala Desa Karangjati, Suratno, menjelaskan bahwa acara ini merupakan bentuk syukur masyarakat atas limpahan rezeki dari hasil bumi desa mereka.
“Kita di pemerintahan desa Karangjati bersama warga mengadakan tasyakuran bumi atas kerjasama seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan ini kita laksanakan setiap tahun, dan alhamdulillah, setiap tahun antusiasme masyarakat luar biasa,” ujarnya.
Suratno menambahkan bahwa gunungan-gunungan tersebut merupakan inisiatif murni dari warga di masing-masing RT dan RW. Bahkan, tidak hanya sayur dan buah, beberapa gunungan juga menyelipkan uang tunai sebagai simbol tambahan berkah.
“Isi gunungan adalah berbagai macam sayuran hasil bumi di wilayah Desa Karangjati dan ada uang juga yang diberikan kepada masyarakat,” imbuhnya.
Ia berharap kegiatan ini menjadi pengingat pentingnya rasa syukur terhadap alam sekaligus mempererat hubungan antara pemerintah dan warga.
“Harapan kita ke depan, dengan tasyakuran bumi ini bisa membawa berkah bagi Desa Karangjati dan Kabupaten Cilacap pada umumnya. Kita ingin membangun saling percaya antara masyarakat dengan pemerintah,” kata Suratno.
Sementara itu, Sardiyah, warga Tinggarmangir, Karangjati mengaku sangat senang bisa ikut serta dalam acara tersebut. “Kami sangat senang bisa berkumpul, bersilaturahmi dan syukuran bersama. Harapannya, hasil bumi makin melimpah dan kehidupan warga makin sejahtera,” ungkapnya.
Acara tasyakuran bumi ini digelar sejak pagi hingga malam hari. Dimulai doa bersama, kemudian arak-arakan gunungan dan grebeg sayur, dilanjutkan makan bersama, lalu prosesi ruat bumi di siang hari, dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Tradisi ini tak hanya mempererat hubungan sosial, tapi juga menjadi cermin budaya agraris yang menjunjung tinggi rasa syukur dan semangat gotong royong di tengah masyarakat. Karangjati kembali membuktikan bahwa warisan budaya bisa hidup harmonis di tengah modernitas, selama ada semangat kebersamaan dan rasa cinta terhadap tanah kelahiran.