SERAYUNEWS-Sejak diluncurkan awal bulan lalu, program Aksi Meningkatkan Penemuan Kasus TBC dengan Intervensi Kolaboratif (SIMPATIK) yang merupakan upaya deteksi dini kasus tuberkulosis (TBC) di Banjarnegara membuahkan hasil. Bahkan, saat ini jangkauannya sudah mencapai 1.116 orang.
Hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah dalam upaya eliminasi tuberkulosis di Banjarnegara. Hal ini terungkap dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan SIMPATIK yang digelar di Aula Dinas Kesehatan Banjarnegara, Jumat (11/7/2025).
Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara, dr. Latifa Hesti Purwaningtyas mengatakan, SIMPATIK merupakan langkah konkret yang melibatkan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan pentahelix. Pendekatan pentahelix dengan melibatkan, pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas, dan media.
Program SIMPATIK ini baru diluncurkan pertengahan Juni lalu. Program ini merupakan satu upaya untuk memperluas cakupan skrining TBC. Sejak diluncurkan, cakupannya menjadi lebih luas, yakni 1.116 orang. Angka ini meningkat secara signifikan jika dibandingkan sebelum adanya SIMPATIK,.
“Sebelum ada program SIMPATIK, jangkauan skrining selama Januari hingga Mei hanya mencapai 665 orang. Jadi program SIMPATIK ini menunjukkan keseriusan dan hasil yang lebih baik,” katanya.
Menurutnya, masalah TBC ini memang menjadi permasalahan global. Strategi ini sangat penting demi mendukung target eliminasi TBC pada 2030. Ia juga mengapresiasi dukungan berbagai pihak seperti perguruan tinggi, BPJS Kesehatan, CSR dunia usaha dan perbankan serta media massa.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Banjarnegara Indarto menilai bahwa inovasi ini termasuk satu terobosan yang bagis dan relevan. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan angka yang signifikan sejak program ini diluncurkan.
“Meski baru diluncurkan setengah bulan yang lalu, namun aksinya sangat berarti karena mampu meningkatkan cakupan skrining yang signifikan daripada sebelumnya,” katanya.
Sekda juga menekankan pentingnya pendampingan terhadap pasien TBC. Ia mengingatkan bahwa mereka yang sudah terdeteksi dan memulai pengobatan tidak boleh putus di tengah jalan.
“Pasien yang sudah ditemukan harus terus didampingi hingga sembuh total. Jangan sampai berhenti berobat karena bisa menular ke orang lain. Dengan pendampingan dan pengobatan tuntas, mereka bisa kembali sehat seperti sedia kala,” katanya.