SERAYUNEWS- Nama Aufa Novika Putri sedang menjadi sorotan tajam publik setelah keterlibatannya dalam dugaan kasus penggelapan dana buku tahunan (yearbook) mencuat di media sosial.
Dugaan ini pertama kali disebarluaskan oleh akun TikTok bernama @stopppcigretz pada 10 Juli 2025, yang menampilkan video berisi kronologi dan klaim bukti atas penyalahgunaan dana kegiatan sekolah.
Dalam unggahan tersebut, dana sebesar Rp53,4 juta disebut telah dipercayakan kepada Aufa untuk dikelola sebagai penanggung jawab kegiatan buku tahunan siswa angkatan 60 di sebuah SMA negeri di Kabupaten Pemalang.
Namun, hingga tenggat waktu yang telah ditentukan, dana tersebut belum juga ia bayarkan sepenuhnya kepada vendor. Dalam video tersebut disebutkan bahwa klarifikasi yang pernah diberikan Aufa hanyalah “gimmick” karena baru Rp20 juta yang berhasil dikembalikan.
“Klarifikasinya gimmick, sampe sekarang baru terlunas 20.000.000 dari 53.000.000. Sudah melampaui batas pelunasan. Pada video bilangnya tidak ada unsur kebohongan, tetapi setelah terinterogasi selama kurang lebih berbulan bulan, akhirnya mengaku,” tulis keterangan @stopppcigretz.
Seiring dengan belum tuntasnya kasus ini, muncul kabar bahwa Aufa Novika Putri telah diterima sebagai mahasiswa baru di Poltekkes Kemenkes Surakarta untuk program studi D4 Keperawatan.
Informasi ini memunculkan pertanyaan dari publik mengenai etika dan seleksi penerimaan mahasiswa baru, terlebih dalam kasus yang belum menemui titik terang.
Dalam unggahan lanjutan disebutkan bahwa pengakuan dari Aufa baru muncul setelah dilakukan tekanan dan interogasi secara informal oleh pihak-pihak yang merasa dirugikan selama berbulan-bulan.
“Ditunggu Klarifikasi sejujur jujurnya, Fyi dia Maba di Poltekkes Surakarta D4 Keperawatan,” lanjut keterangan Tiktok @stopppcigretz dikutip serayunews.com, Senin, 14 Juli 2025.
Sebuah klarifikasi tertulis dari pihak yang diduga adalah Aufa menyebutkan bahwa kasus ini berawal dari hilangnya uang muka (DP) pertama sebesar Rp13 juta.
Uang tersebut diklaim hilang dari dompet, meskipun sudah diamankan dengan tali dan dibungkus plastik.
Untuk menutupi kekurangan pembayaran pertama, disebutkan bahwa orang tua Aufa membantu membayar Rp16 juta kepada vendor.
Kemudian, DP kedua disebut telah dibayarkan penuh sebesar Rp37.422.000. Namun, uang untuk DP ketiga sebesar Rp30 juta kembali dilaporkan hilang, dan sisa saldo dalam rekening saat itu hanya Rp3 juta.
Total pelunasan yang masih belum dibayarkan hingga saat ini mencapai Rp53.460.000.
Setelah kasus ini menyebar luas, identitas keluarga Aufa ikut disorot. Dalam berbagai unggahan, nama sang ibu disebut berinisial IMA, yang diduga menjabat sebagai kepala sekolah di salah satu sekolah dasar negeri di Pemalang.
Muncul dugaan bahwa dana yang belum dipertanggungjawabkan tersebut dimanfaatkan oleh pihak keluarga, meskipun hingga saat ini belum ada bukti kuat yang mengarah kepada keterlibatan langsung sang ibu.
Publik, khususnya para siswa yang tergabung dalam angkatan 60, terus mendesak agar kejelasan terkait dana patungan tersebut segera diberikan.
Video viral tersebut bahkan telah ditonton lebih dari 9,6 juta kali, dan kolom komentar dipenuhi tuntutan klarifikasi yang jujur dan terbuka.
Banyak yang merasa kecewa karena uang tersebut seharusnya digunakan untuk kepentingan bersama sebagai kenangan akhir masa SMA, namun hingga kini belum ada kepastian kapan dana itu akan dilunasi sepenuhnya.
Dugaan penggelapan dana yang menyeret nama Aufa Novika Putri dan keluarganya menjadi cerminan pentingnya tanggung jawab dalam mengelola dana publik, sekalipun itu berasal dari lingkungan sekolah.
Pihak vendor, sekolah, orang tua, dan institusi pendidikan tingginya diharapkan dapat memberikan tanggapan yang objektif serta solusi agar persoalan ini tidak terus berkembang liar di ruang digital tanpa kejelasan.
Publik saat ini hanya menanti satu hal: klarifikasi resmi dan pelunasan penuh dana yang telah dikumpulkan bersama-sama.