SERAYUNEWS – Baru-baru ini, warganet dikejutkan dengan kabar mengenai merek perkakas rumah tangga legendaris, Tupperware yang resmi menyatakan bahwa mereka telah menghentikan seluruh kegiatan operasionalnya di Indonesia.
Rupanya, informasi ini dikonfirmasi langsung lewat akun resmi Instagram Tupperware Indonesia (@tupperwareid).
Tak butuh waktu lama, hal ini kemudian langsung perbincangan hangat di kalangan pengguna media sosial (medsos).
Pengumuman tersebut menjelaskan bahwa keputusan untuk menghentikan bisnis bukan hanya terjadi di Indonesia saja, tetapi merupakan bagian dari strategi global yang diambil oleh Tupperware Brands Corporation.
Sejak tanggal 31 Januari 2025, Tupperware Indonesia sudah tidak lagi menjalankan operasional bisnisnya, menandai berakhirnya era panjang merek ini di Tanah Air.
Langkah mengejutkan ini membuat banyak orang bertanya-tanya soal siapa sebenarnya sosok di balik lahirnya Tupperware yang begitu populer di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia?
Tupperware bukanlah nama asing bagi masyarakat Indonesia, tetapi tidak semua orang mengetahui siapa sosok dibalik produk ini.
Berdasarkan laman resmi perusahaan, pemilik sekaligus pencipta Tupperware adalah Earl Silas Tupper.
Ia juga merupakan seorang ahli kimia asal Amerika Serikat yang lahir pada tahun 1907.
Diketahui bahwa sejak usia muda, tepatnya saat berumur 21 tahun, Tupper telah bergelut di bidang industri yang fokus pada riset dan pengembangan material baru.
Kecintaannya pada dunia inovasi membawanya bekerja di sebuah perusahaan yang mengolah bahan kimia dan plastik.
Di sinilah Tupper menemukan potensi besar dari polyethylene—sejenis limbah hitam dari industri minyak.
Ia bereksperimen untuk memurnikan bahan tersebut hingga menjadi plastik yang lebih fleksibel, ringan, tahan lama, tidak berminyak, dan aman digunakan untuk kebutuhan rumah tangga.
Pada tahun 1938, Tupper mendirikan perusahaan bernama Earl S. Tupper Company, sebuah bisnis yang fokus pada produksi plastik.
Lewat perusahaan ini, ia mulai mengembangkan berbagai produk yang ditujukan untuk pasar domestik.
Dan salah satu inovasi penting yang lahir dari perusahaannya adalah produk Poly-T, plastik hasil olahan dari limbah polyethylene yang dipatenkan olehnya.
Namun, titik balik terjadi beberapa tahun kemudian ketika ia menciptakan wadah penyimpanan makanan dengan penutup kedap udara—mirip seperti kaleng cat, namun berbahan plastik.
Ide ini muncul dari kegelisahannya melihat bagaimana banyak keluarga Amerika saat itu mengalami pemborosan makanan pasca Perang Dunia II.
Tupper menyadari bahwa solusi sederhana seperti wadah kedap udara dapat membantu menghemat makanan dan, tentu saja, uang.
Akhirnya pada tahun 1946, ia meluncurkan produk yang akan mengubah wajah dapur dunia: Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler di bawah merek dagang Tupperware.
Produk ini langsung mendapatkan sambutan luar biasa di pasaran.
Inovasi wadah penyimpanan makanan ini tidak hanya efisien dan praktis, tetapi juga menjadi simbol gaya hidup baru bagi rumah tangga modern.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan bisnis yang pesat, kepemilikan Tupperware tidak lagi berada di tangan Earl Tupper secara pribadi.
Perusahaan ini kemudian berkembang menjadi sebuah entitas besar bernama Tupperware Brands Corporation dan terdaftar secara publik di bursa saham.
Artinya, saham perusahaan ini kini dimiliki oleh berbagai investor institusi dan individu di pasar modal, bukan oleh satu pemilik tunggal.
Model bisnis Tupperware yang sempat populer dengan sistem penjualan langsung atau direct selling menjadi ikon tersendiri di banyak negara, termasuk Indonesia.
Namun, kini diketahui bahwa Tupperware telah resmi pamit dari Indonesia, dan kisah di balik merek ini tetap menarik untuk dikenang.***