SERAYUNEWS- Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Karawitan Setya Laras dari UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto kembali menunjukkan taringnya di kancah seni nasional.
Dalam ajang Wilasitamataya 2025, sebuah pagelaran seni lintas komunitas untuk memperingati Hari Tari Dunia, Setya Laras sukses memikat hati penonton dan pelaku seni dari seluruh Indonesia.
Wilasitamataya 2025 terselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Pecinta Seni se-Indonesia (Formatasindo). Acara ini bertujuan menjadi ruang kolaboratif dan ekspresi bagi komunitas seni kampus serta kelompok budaya lokal dari berbagai wilayah Nusantara, berlangsung awal Mei 2025.
Wilasitamataya menyuguhkan beragam tarian, musik, dan pertunjukan tradisional yang memperkaya khazanah budaya Indonesia.
Dalam panggung bergengsi ini, UKM Setya Laras mempersembahkan karya unggulan bertajuk Tari Rumeksa. Tarian ini bukan sekadar pertunjukan estetis, namun sarat makna dan pesan kebudayaan.
“Rumeksa” yang berarti melindungi, di angkat sebagai simbol perlindungan, keteguhan, serta keharmonisan antara manusia dan alam. Seluruh elemen gerak, irama, dan tata rias yang ditampilkan menjadi cerminan nilai-nilai kearifan lokal budaya Jawa.
Dr. Warto, pembina UKM Karawitan Setya Laras, menyampaikan bahwa tarian ini merupakan respons atas kekhawatiran akan lunturnya budaya lokal di tengah arus globalisasi.
“Tari Rumeksa bukan hanya unjuk estetika gerak semata. Lebih dari itu, ia menjadi bentuk doa kolektif dan simbol perlawanan atas tergerusnya budaya lokal oleh arus modernisasi,” ungkapnya Jumat (16/5/2025).
Keistimewaan Tari Rumeksa terletak pada proses kreatifnya yang mendalam. Mulai dari riset budaya yang menggali makna filosofis gerak tradisional, penyusunan koreografi yang berpadu dengan pakem karawitan Jawa, hingga latihan intensif bersama para penari dan pengrawit muda.
Seluruh proses ini dilakukan dengan semangat kolaboratif yang kuat antar anggota UKM Setya Laras.
Salah satu anggota menegaskan bahwa Rumeksa adalah bentuk aktualisasi cinta budaya yang relevan dengan konteks zaman.
“Kami ingin menyampaikan pesan bahwa budaya bukan hanya milik masa lalu, tapi juga denyut nadi masa kini dan masa depan,” ujarnya usai pertunjukan.
Partisipasi UKM Setya Laras di Wilasitamataya 2025 tak hanya menjadi sarana ekspresi seni, tetapi juga bukti eksistensi generasi muda dalam melestarikan budaya bangsa. Penampilan mereka membawa semangat baru dalam menjaga warisan budaya agar tetap hidup dan berkembang di era modern.
Acara ini pun menjadi wadah temu lintas budaya, di mana berbagai komunitas seni dari Aceh hingga Papua menampilkan karakter unik yang mencerminkan narasi lokal masing-masing. Keberagaman ini justru menjadi kekuatan bersama dalam menjaga kearifan tradisional Indonesia.
Dalam atmosfer inilah, UKM Setya Laras hadir sebagai penguat semangat kebudayaan yang inklusif, kontekstual, dan berkelanjutan. Kalimat inspiratif
“Gerak adalah suara, irama adalah kata, dan tari adalah kisah yang tak terucapkan” menjadi kutipan yang menggema sepanjang acara, merepresentasikan esensi seni pertunjukan sebagai media komunikasi budaya yang mendalam.
Melalui penampilan mereka di Wilasitamataya 2025, UKM Karawitan Setya Laras bukan sekadar mewakili UIN Saizu, tetapi juga membawa amanat luhur kebudayaan bangsa ke panggung nasional. Mereka membuktikan bahwa tradisi bisa tampil elegan, kontemporer, dan tetap relevan.
Keberhasilan ini diharapkan menjadi pemantik semangat generasi muda untuk terus mencintai, mempelajari, dan mewariskan kekayaan budaya Indonesia. Sebab seni dan budaya bukan sekadar peninggalan, tapi denyut kehidupan yang menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan bangsa.