Purbalingga, serayunews.com
Sistem, rute dan SOP sopir, teratur dan terpantau sangat ketat. Karena selain keamanan, BRT trans Jateng juga menawarkan kenyamanan. Tarif yang diberlakukan, dari awal peluncuran sampai saat ini masih sama meski pun ada kenaikan harga BBM.
BRT Trans Jateng merupakan, program pemerintah dalam upaya memperbaiki kesan atas moda transportasi umum yang lebih layak. Upaya-upaya tersebut, dinilai berhasil dilihat dari antusiasme masyarakat terhadap BRT.
Beberapa tahun beroperasi, sejumlah masyarakat sangat merasakan manfaatnya. Suprapti, warga Kaligondang Purbalingga, mengakui beberapa kali memanfaatkan fasilitas BRT. Saat itu dia dari Purbalingga, hendak bepergian ke Purwokerto.
“Sudah tiga kali, ke Purwokerto 2 kali ke Bukateja 1 kali,” katanya.
Fasilitas yang ada di dalam koridor, berupa AC, tempat duduk, dan rapi, serta bersih memberikan kenyamanan, begitu juga dengan pelayanan petugasnya.
“Yang pasti harga murah dan pelayanan ramah. Cuma gak bisa untuk buru-buru, sebab sudah ada jadwalnya,” katanya.
Mahendra, Warga Padamara Purbalingga, juga menyampaikan pengalaman memanfaatkan BRT. Secara keseluruhan, keberadaan BRT sangat bermanfaat.
“Sudah baik, fasilitas, jadwal yang tepat, dan pelayanan. Tapi karena haltenya sudah ditentukan, kadang bisa jadi nanggung jika titik tujuan jaraknya agak jauh dari halte. Misalnya, turun dari BRT trus nyambung ojek atau angkot, atau bahkan jalan kaki lagi,” kata dia.
Secara umum para pekerja di BRT, baik petugas penarik tiket, sopir, maupun petugas pencatatan di halte, sudah baik. Namun, terlepas dari itu, masyarakat juga menilai secara nyata. Beberapa, ada yang masih terbawa ego sehingga bertindak sesukanya.
Seperti pengalaman Fitri, warga Purbalingga. Dia pernah sekali naik BRT dan menyampaikan, tidak akan mengulang untuk kedua kalinya. Pengalaman pertamanya, memberi kesan tidak enak. Saat itu menurutnya, sopir membawanya masih ugal-ugalan.
“Pernah sekali, ngga lagi lagi. Jadi kesannya kurang mengenakkan, driver suka ugal ugalan,” katanya.
Dia juga memberi catatan, transportasi di bawah pengelolaan pemerintah ini, diharapkan bisa menjadi contoh yang baik. Baik secara sistem, pelayanan, sampai praktik para pekerjanya.
Menurut Fitri, beberapa kali dia menyaksikan ketidaketisan dari sopir BRT ketika hendak berhenti di halte. Meski pun telah ada tempat khusus bagi BRT, namun perlu juga menghargai pengguna jalan lain.
“Sebagai pengendara sepeda motor, kadang bahkan sering, Trans Jateng juga ugal ugalan. Kalau mau berhenti ke halte juga kaya ngga menghormati sesama kendaraan lain, Asap kendaraan Trans Jateng-nya juga kaya bus umum lain,” kata dia.
Sejak diluncurkan, sudah siap 23 halte di Banyumas dan 20 halte lainnya di Purbalingga. Untuk spesifikasi bus, 14 bus berukuran medium dengan kapasitas 40 penumpang, dengan rincian 20 duduk dan 20 berdiri.
“Trans Jateng saat ini ada 14 unit yang beroperasional, 7 unit dari Terminal Bulupitu Purwokerto dan 7 unit dari Terminal Bukateja Purbalingga. Untuk tarif umum, masih Rp 4.000 anak sekolah-karyawan dan veteran Rp 2.000,” kata Kepala Dishub Purbalingga, Raditya.
BRT Trans Jateng Koridor I Purwokerto-Purbalingga melayani rute sepanjang 26,7 km, mulai dari Terminal Bulu Pitu Purwokerto – Jl Sultan Agung – Jl Menteri Supeno – Jl Jenderal Sudirman Sokaraja – Jl Letjend Suprapto – Jl Klahang Sokaraja – Jl Jompo Kulon – Jl Mayjend Sungkono – Jl Ahmad Yani – Jl Komisaris Noto Sumarsono – Jl Letkol Isdiman – Jl Letjen S Parman – Jl Raya Bojong – Jl Raya Purbalingga Banjarnegara – berakhir di Terminal Bukateja Purbalingga.