SERAYUNEWS-Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah rawan bencana. Untuk itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) melakukan pemetaan daerah rawan bencana di Banjarnegara.
Berdasarkan data kerawanan, 205 dari 278 desa/kelurahan di Banjarnegara masuk zona merah bencana hidrometeorologi.
Bahkan, 205 desa/kelurahan tersebut berada di zona merah dengan kerawanan tinggi akan bencana hidrometeorologi.
Sementara, 73 desa lainnya masuk kategori sedang. Banjarnegara sendiri sebenarnya memiliki 9 potensi ancaman bencana. Potensi bencana itu adalah banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, erupsi gunung api, gempa bumi, karhutla, kegagalan tekhnologi, kekeringan, dan tanah longsor atau tanah gerak.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Banjarnegara Suprayogo mengatakan, kerawanan dan potensi Banjarnegara akan bencana ini tidak lepas dari kondisi geografis Banjarnegara. Banjarnegara, katanya, secara garus besar terbagi menjadi tiga zona, yakni pegunungan utara, wilayah tengah, dan perbukitan curam serayu selatan.
Menurutnya, setiap zona di Banjarnegara ini memiliki karakteristik dan potensi bencana yang berbeda. Pegunungan utara yang mencakup kawasan Dieng dan serayu utara memiliki kerawanan banjir bandang, longsor, erupsi gunung api, gempa bumi, hingga tanah gerak. Begitu juga dengan wilayah tengah yang rawan akan banjir dan longsor.
Sementara wilayah selatan Serayu memiliki potensi karhutla, longsor, dan tanah gerak, kekeringan, termasuk ancaman angin kencang dan puting beliung. Untuk itu, BPBD Banjarnegara telah melakukan berbagai tindakan antisipasi dan imbauan peningkatan kewaspadaan, terlebih dalam dua hari terakhir ini, wilayah Banjarnegara diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi.
“Kami sadar akan wilayah yang rawan bencana. Untuk itu BPBD tidak tinggal diam, kita terus melakukan peningkatan kewaspadaan masyarakat hingga membentuk Desa Tangguh Bencana (Destaan). Saat ini ada sekitar 106 Destana di Banjarnegara, termasuk dengan melatih para relawan, simulasi bersama masyarakat hingga melakukan edukasi kebencanaan di tingkat sekolah,” katanya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Banjarnegara, Aji Piluroso, mengatakan, pemahaman akan navigasi bencana dan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan bencana ini sangat penting. Apalagi, saat ini memasuki masa pancaroba yang tentunya sangat rawan akan bencana hidrometeorologi.
“Cuaca yang tidak menentu sering kali memicu bencana seperti angin puting beliung, hujan ekstrem, tanah longsor, hingga banjir bandang. Ini perlu diwaspadai serius oleh masyarakat,” katanya.
Untuk itu, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat di daerah rawan bencana sangat diperlukan, termasuk mengenal struktur wilayah hingga mengenal tanda-tanda terjadinya bencana.
“Kalau terlihat tanda-tanda seperti retakan tanah, munculnya mata air baru, atau pohon mulai miring, segera laporkan ke BPBD atau perangkat desa. Jangan tunggu sampai terjadi bencana,” ujarnya.
Selain itu, pada masa pancaroba seperti saat ini, dia mengimbau masyarakat untuk tidak berteduh di bawah pohon besar atau baliho, khususnya saat hujan atau angin besar melanda. Untuk itu, dia meminta masyarakat untuk ikut memantau prakiraan cuaca dan informasi resmi dari BMKG sebagai upaya peingkatan kewaspadaan.