SERAYUNEWS– Istilah work-life balance semakin sering terdengar di kalangan anak muda. Di media sosial, banyak yang membagikan rutinitas “9 to 5” ideal, waktu untuk healing, hingga pentingnya istirahat dari pekerjaan. Tapi apakah semua ini hanya sekadar tren viral, atau memang jadi kebutuhan nyata bagi kesehatan mental anak muda masa kini?
Work-life balance adalah kondisi seimbang antara tanggung jawab pekerjaan atau pendidikan dengan kehidupan pribadi, termasuk waktu untuk istirahat, bersosialisasi, dan melakukan hal-hal yang disukai.
Konsep ini menekankan pentingnya menjaga diri tetap sehat secara mental dan fisik, tanpa merasa bersalah saat beristirahat. Work-life balance bukan berarti malas bekerja, tetapi menempatkan hidup secara utuh, tidak hanya seputar produktivitas.
Banyak faktor yang membuat generasi muda sekarang lebih sadar akan pentingnya work-life balance, di antaranya:
Menurut laporan dari WHO, gangguan kecemasan dan depresi meningkat tajam pada kelompok usia 18–25 tahun dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu penyebab utamanya adalah tekanan kerja yang tidak seimbang.
Meskipun muncul sebagai tren di media sosial, work-life balance bukanlah sekadar gaya hidup yang ikut-ikutan. Banyak pakar kesehatan mental menyebut bahwa menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi merupakan langkah penting untuk mencegah kelelahan mental jangka panjang.
Tekanan yang dihadapi anak muda saat ini datang dari berbagai arah—mulai dari pendidikan, pekerjaan, hingga ekspektasi sosial yang tinggi. Tanpa waktu istirahat yang cukup, risiko stres, burnout, bahkan gangguan psikologis pun meningkat.
Menjaga keseimbangan hidup memberikan dampak positif, seperti:
Sayangnya, tidak semua lingkungan mendukung praktik work-life balance. Budaya kerja lembur dan glorifikasi kerja keras masih cukup kuat. Anak muda yang ingin menjaga keseimbangan kadang dianggap tidak ambisius atau tidak tahan banting.
Selain itu, banyak yang mengalami toxic productivity, yaitu merasa bersalah saat tidak bekerja, bahkan di waktu istirahat.
Bagi anak muda yang ingin mulai menjaga keseimbangan hidup, berikut beberapa langkah yang bisa dicoba:
Work-life balance bukan kemewahan, melainkan kebutuhan. Di usia muda, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa menjadi langkah preventif untuk menjaga kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan.